30 March 2009

Bandung


Akhirnya skripsi berhasil juga diselesaikan, ada sedikit perbaikan sih. Sama dosen pembimbingnya disarankan untuk mengurangi jumlah halamannya. Wah, untung juga ya. Bisa hemat biaya fotocopy. Selesai skripsi masih harus ujian negara di Bandung. Ada 2 mata kuliah. Waktu itu yang berangkat kesana ada sekitar 20 orang. Nginap satu malam, besok paginya lansung ujian. Hasilnya juga langsung diumumkan. Hampir lima tahun menuntut ilmu, akhirnya tiba juga saatnya untuk turun gunung dan mengamalkan ilmu.

Begitu dinyatakan lulus, langsung keluar cari telepon umum. Yang pertama dihubungi sudah pasti ortu tercinta. Kebetulan mama yang terima telponnya. Meski ngga banyak yang diomongkan, tapi dari nada suaranya kedengarannya beliau senang dan bangga ( ah... atau itu cuma perasaan saya aja yang ge er..). Terus telpon Sud dan teman yang di Jogya, langsung ditanya sama mereka, “kapan balik lagi ke Jogya?”

2 hari 1 malam di Bandung, sayangnya ngga sempat kemana-mana. Sibuk mikirin ujian. Dan begitu selesai ujian juga ngga ingat untuk jalan-jalan. Maunya malah cepat-cepat kembali ke Jogya (soalnya di Karawang sudah ngga ada lagi urusan kuliah, paling tinggal tunggu wisuda).

Tahun 1998 di wisuda, waktu itu saya masih di Jogya, sehari sebelum wisuda ada gladi resik tata cara wisuda. Habis itu waktunya saya gunakan untuk ketemu dengan teman kuliah. Ohya, untuk urusan dokumentasi secara khusus didatangkan tukang foto dari Jogya yaitu Sud. Ortu dan saudara lainnya ngga bisa datang. Rencananya malah saya disuruh pulang sama Sud kalau sudah selesai wisuda.

Berangkat dari Jogya bareng Sud naik kereta api malam. Rencananya mau turun di Cikampek, terus ke rumah Om nya Ali di Cikalong. Di tiket tertulis tujuan akhir Jakarta. Dengan PD nya langsung aja naik. Subuh sekitar jam 4, ada pemeriksaan tiket. Iseng-iseng saya tanya, “Pak, nanti berhenti di Cikampek ya?”. Petugasnya memandang saya dengan heran dan menjawab, “Ngga.”
Saya langsung panik, masa harus jalan-jalan dulu ke Jakarta dan nanti balik lagi ke Karawang. Akhirnya saya dekati lagi petugasnya dan menjelaskan kalau saya mau turun di Cikampek. Mungkin dalam hati petugasnya ngomel, “Lu kira naik angkot atau becak ya, seenaknya aja mau berhenti.” Tapi untunglah bapak petugasnya lumayan baik, saya ditawarkan untuk nego dengan masinisnya. Ternyata harus bayar sebagai uang jasa. Memang kereta apinya ngga berhenti total di stasiun Cikampek, cuma waktu melewati Cikampek , KA nya dipelankan. Saya dan Sud disuruh melompat. Sukses dan selamat.

Pas hari wisuda, saya dan teman yang di Cikampek datang telat. Gara-gara berkunjung dulu ke tempat Cek Kong. Darisana diantar pakai mobil oleh An. Sampai di kampus acara sudah dimulai. Iring-iringan orang yang mau diwisuda sudah berjalan. Begitu sampai tempat parkir langsung turun dan dengan cepat memakai baju wisuda (mungkin kecepatannya hampir sama dengan Clark Kent yang berubah jadi Superman). Dilanjuti dengan lari-lari mengejar dan kemudian menyusup ke dalam barisan anak-anak fakultas ekonomi. Ya... akhirnya.
Selesai acara wisuda dan foto-foto sebentar dengan teman. Habis itu harus kembali lagi ke Jogya.

Mari Berkebun


Lihat kebunku, penuh dengan bunga.
Ada yang putih dan ada yang merah.
Sekali-kali, kusiram semua.
Mawar, melati banyak yang mati.

Tahun 2006 lalu. Lagi demam adenium (kamboja). Masih ingat dengan jelas waktu pertama kali beli adenium di jalan Irian Barat ( pasar ikan hias di Surabaya, tapi banyak juga jual bunga, dan hewan piaraan lainnya ). Waktu itu ada 2-3 orang yang jual, saya dekati salah satunya sambil mendengar pembicaraan antara pedagang dengan seorang Ibu yang mau beli.
Sambil membawa poster yang berisi katalog bunga ( sekarang saya tahu kalau itu punyanya Godong Ijo Nursery ). Pedagang itu dengan Pede nya menjelaskan sambil memilih beberapa adenium dari bijian yang umurnya baru sekitar 3 bulan. Ini jenis “My Country”, Kalau itu Harry Potter, terus yang itu merah bunganya (jenis Shangrilla).
Saya ikut tertarik dan akhirnya minta dipilihkan 3 pohon @ Rp.7.500,-

Ternyata memang benar kalau Adenium itu beracun, saya salah satu korbannya.
Racun Adenium membuat saya ingin terus memperbanyak koleksi. Saya mulai membongkar koleksi tabloid Agrobis, Trubus dan Flona, cari artikel tentang Adenium.

Di tempat kerja lebih gila lagi (dekat Gresik, sentra adenium), seminggu minimal 3 kali saya minta ijin keluar pada waktu istirahat, kemudian dengan teman kerja jalan-jalan pakai sepeda motor keluar masuk kampung untuk mencari Adenium. Personalia sampai hapal kalau saya minta ijin, katanya: “ Mau beli bunga ya?”... Saya cuma nyengir.
Cuma dalam beberapa bulan koleksi jadi banyak. Kebanyakan sih dikasih orang, tukar atau grafting sendiri. Depan dan sekeliling rumah penuh dengan bunga. Bahkan sampai merambah ke atas. Di tembok dan atap. Selain adenium, juga koleksi beberapa macam euphorbia, anthurium gelombang cinta dan Red Sumatra.

Rajin bangun pagi, jam 5 bahkan kadang kurang dari jam 5 sudah bangun. Nyiram, ganti pot, kasih pupuk, bersihkan rumput, atau kadang cuma sekedar melihat aja. Malam hari, pulang kerja juga gitu. Langsung nyiram bunga.
Awal 2009 mulai ngga urus kebun, boro-boro kasih pupuk atau ganti pot. Nyiram aja cuma jarang. Beruntung langit masih berbaik hati dengan menurunkan hujan. Adeniumnya banyak yang protes, daunnya berguguran, jarang berbunga bahkan ada yang sampai bunuh diri.

Maret awal saya kembali merawat kebun. Bersihkan rumput dan nyiram lagi. Sekarang sudah banyak yang mulai berbunga. Pokoknya disempatkan, kalau ngga bangun pagi berarti malamnya harus siram. Minimal seminggu 1 atau 2 kali.
Lihat kebunku, sekarang penuh bunga lagi...
Penuh juga dengan kupu-kupu yang warna-warni. Dan sayangnya sebelum jadi kupu-kupu, harus tahan dulu melihat ulatnya berkeliaran dan nempel di sana-sini.
Hijaukan bumi. Selamatkan dunia.

28 March 2009

Jogya 2


Pulang ke kotamu
Ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat
Penuh selaksa makna
Terhanyut aku akan nostalgia
Saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama suasana Jogya.
Yogyakarta ( KLA Project )

Tadinya mau nyusun skripsinya di Karawang aja, tapi ngga ada komputer. Pakai komputer yang di rental kok lambat dan ngga efisien. Akhirnya saya putuskan untuk balik ke Jogya. Kebetulan adik saya sudah pindah kost, sekarang dia tinggal sama dosennya di Perumahan Duta Wacana. Dan yang paling penting, bisa pakai komputernya. Lagian banyak pakar dan contoh skripsi di sana.
Kali ini naik kereta api, dari stasiun kota ( Jakarta ) dan turun di stasiun tugu ( Jogya ). Berangkat sore dan sampai Jogya sudah hampir jam 11. Sud ngga bisa jemput. Terpaksa kembali lagi berurusan dengan becak. Kali ini tugasnya lebih gampang dan tanpa ada perjanjian. Cuma minta diantarkan ke penginapan murah yang terdekat. Dapat yang di dekat daerah Malioboro. Sampai di sana langsung mandi dan tidur. Pagi, sekitar jam 7 dijemput Sud pakai sepeda motor.

Hampir satu bulan di Jogya, berkunjung ke UKDW dalam rangka menyusun skripsi. Selain itu kembali kumpul lagi dengan teman-teman yang suka jalan-jalan. Biasanya pakai sepeda motor, paling sering ke Parang Tritis (karena ada teman yang rumahnya dekat sana). Bukan ke pantainya yang ramai, tapi pantai yang lain, dekat sana tapi sepi. Di sana sambil melihat sun rise dan sun set, sering berkhayal kalau tiba-tiba nemu kotak harta karun yang terdampar. Tapi ngga pernah dapat harta karun, yang sering ketemu cuma sampah. Kadang kalau beruntung bisa dapat sandal jepit, sayangnya cuma sebelah. Coba kalau sepasang, khan bisa dipakai atau dijual.

Ada lagi teman yang rumahnya di Parakan (dari Magelang masih terus lagi). Kalau kesana pakai sepeda motor hampir 2 jam perjalanan. Sampai pernah saya berkomentar seperti ini,” Rumahnya Meg saking jauhnya sampai-sampai kalau dia bangun pagi terus berdiri di loteng rumahnya, darisana akan kelihatan negara Vietnam.” Tapi disana enak kok, dingin. Mungkin karena sudah dekat dengan Dieng. Pernah kami mau ke Dieng, tapi baru setengah jalan sudah balik lagi. Langitnya gelap dan mau hujan.

Saya lebih senang kalau main ke pantai, makanya sering ke parang tritis karena dekat. Ada pantai yang lebih bagus, di dekat Pantai Baron, Krakal dan Kukup. Pantainya masih bersih dan kelihatan ikannya. Cuma perjalanannya lumayan jauh.

Pokoknya kalau ada waktu dipakai buat jalan-jalan, bisa pagi, siang, sore dan bahkan malam. Pernah berangkat jam 9 atau 10 malam, pakai sepeda motor 2 boncengan, jadi 4 orang. Saya sudah lupa nama tempatnya, lumayan jauh. Arah ke daerah Prambanan, cuma agak naik gunung. Disana istirahat dan ngobrol sampai jam 3 pagi. Terus salah seorang teman usul ke Parang Tritis, khan ada teman di sana. Semuanya langsung OK dan berangkat. Bayangkan, ngga tidur, baru dari daerah gunung, sekarang mau ke pantai.

Jalanan masih sepi, matahari masih ada di bagian yang lain. Saya waktu itu yang di depan. Kira-kira 100 meter arah depan di samping jalan, saya melihat bentuk seperti orang. Cuma ngga yakin karena jauh dan masih gelap, semakin dekat gambaran itu semakin jelas, dan saya jadi merinding. Seperti orang, tapi terbungkus kain dan... Tiba-tiba dia melompat-lompat. Saya bingung, sepeda motor jalan dengan kecepatan lumayan cepat. Ngga mungkin bisa ngerem mendadak dan berhenti. Cuma bisa pelan sedikit. Semakin mendekat saya semakin merinding sambil komat-kamit dalam hati, “Ngga apa-apa, ngga apa-apa, cuma salah lihat.”
Akhirnya, setelah dekat baru kelihatan jelas. Ternyata itu adalah bapak-bapak yang lagi berdiri di pinggir jalan pakai sarung. Mungkin karena kedinginan, makanya sarungnya dinaikkan ke kepala dan sambil lompat-lompat. AH...... leganya, Dasar....kirain apa.........

Sebelum ke pantai, mampir dulu ke tempat kost teman, ngajak dia. Jam 5 pagi lebih dikit sampai sana. Bangunin dia. Ngga enak juga sama tetangga, tapi cuek aja. Habis itu langsung berangkat menuju rumah teman yang di daerah Parang Tritis, lihat matahari terbit di sana. Sayangnya ngga bisa lama-lama, harus segera balik ke Jogya. Ada teman yang harus kerja. Capek dan ngantuk, tapi senang dan puas.

26 March 2009

Ayo Membaca


Saya tadi mereview blog saya. Setelah diamati, diperhatikan, dibaca dan diteliti maka dapatlah kesimpulan. Ceritanya kok semuanya sudah kadaluarsa. Makanya sekarang mau coba posting hal yang baru. Meskipun ngga ada yang namanya baru, baru cuma mengulangi yang lama. Yang baru sekarang akan menjadi lama. Kok malah jadi bingung ya....

Whatever lah.... Biarpun cerita lama yang penting ngga basi. Seperti wine, semakin lama semakin wangi dan mahal.
Bulan ini saya lagi senang ngumpulin buku, semua novel dan komik di data, disusun dan dimasukkan ke komputer. Selain itu juga beli lemari baru. Hunting buku baru dan bekas. Melengkapi koleksi yang sudah ada, juga mencari buku-buku baru yang bagus.
Sampai sekarang masih belum selesai datanya, masih kurang sekitar 1 lemari lagi yang belum sempat dicatat, tapi kebanyakan tinggal bukunya R.L Stine dan komik lepasan serial misteri dan serial cantik. Ini beberapa rincian bukunya, ngga saya tulis judulnya, soalnya nanti kepanjangan.
Agatha christie 36 buku.
Alfred Hitchcock 11 buku.
An Chee Min 3 buku.
Anthony Capella 2 buku.
Chiung Yao 11 buku.
Christopher Paolini 3 buku
Danielle Steel 28 buku.
Enid Blyton 35 buku.
Jack Canfield 2 buku.
James Patterson 5 buku
Jean P.Sasson 3 buku.
Jeffery Deaver 2 buku.
Jim Razzi 2 buku.
J.K.Rowling 7 buku.
Jodi Picoult 2 buku.
John Grisham 4 buku.
Jonathan Stroud 3 buku.
Judy Bluke 2 buku.
Khaled Hosseini 2 buku.
Laura Ingalls Wilder 11 buku.
Mary Higgins Clark 11 buku.
Michael Crichton 9 buku.
Michael Scott 2 buku.
Pearl S.Buck 2 buku
P.B.Kerr 2 buku.
Phyllis Reynolds Naylor 4 buku.
Roderick Gordon & Brian.W 2 buku.
Sandra Brown 1 buku.
Sidney Sheldon 17 buku.
Sophie Kinsella 6 buku.
Stephen King 2 buku.
Stephenie Meyer 5 buku.
Stefan Wolf 2 buku.
Tom Clancy 5 buku.
Trudi Canavan 3 buku.
Wolfgang Ecke 3 buku.
Novel lepas 57 buku.
Novel bahasa Inggris 13 buku.

Waduh........ kepanjangan, sisanya masih ada novel Indonesia lepas dan karangan lainnya seperti S.Mara.GD, Marga.T, V.Lestari, Mira.W, Andrea Hirata dan lainnya. Belum termasuk sekitar 62 judul lebih komik serial yang sudah tamat ataupun masih bersambung. Plus komik lepasan.

Sebagian belum sempat dibaca, makanya saya pasang target baca 1 buku 1 minggu. Ngga termasuk komik, soalnya komik bacanya cepat, paling 30 menit sudah selesai. Biasanya saya baca komik kalau sudah selesai baca satu buku. Untuk selingan sebelum mulai cerita yang baru.

Sudah dari kecil hobby baca. Ortu juga sudah ngerti. Tante saya sampai pernah komentar begini,”kalau sudah baca buku, dunia mau kiamat juga sudah ngga peduli.” Memang susah sih, kalau sudah asyik baca. Apalagi kalau ceritanya bagus, seakan-akan ikut tenggelam dalam cerita.

Dulu, di sebelah rumah ada terima segala macam kertas untuk dibuatkan kantongan dari kertas. Saya suka main kesana, cari buku. Yang paling banyak dapat Bobo, Donald, kadang komik Petruk-Gareng dan H.C Andersen. Pinjam dibawa pulang untuk dibaca. Uang jajan cuma dikit, jadi ngga bisa buat beli buku. SMP dan SMA mulai baca buku-buku karangan Kho Ping Ho, Gan K.L, Khu Lung, Ganes T.H, Abdullah Harahap, Freddy.S, Bastian Tito (Wiro Sableng). Setelah kuliah mulai baca karangan S.Mara GD, V.Lestari, Michael Crichton, Stephen King, John Grisham, Agatha Christie dan Sidney Sheldon.

Sekarang ini tambah enak, banyak buku-buku bagus yang diterjemahkan. Banyak juga pengarang berbakat dengan karyanya yang menarik. Dan beruntunglah sekarang sudah bisa beli dan koleksi, meskipun ngga semuanya. Ada yang cuma pinjam dipersewaan.

Paling enak baca buku sambil tiduran (meskipun katanya bisa merusak mata), baca sambil makan juga enak, suap yang banyak terus baca sambil mengunyah. Tahu-tahu makanannya sudah habis. Baca sambil duduk, berdiri, jongkok, jalan, di mobil, bahkan sambil PUP (he he...). Ya, pokoknya cobalah segala macam variasi membaca.
Buku sepanjang masa, yang sampai sekarang masih sering saya baca adalah komik dan Donald Bebek. Mungkin sampai nanti, sampai sudah punya anak cucu....

Jakarta


Kalau percaya dengan jodoh, mungkin jodoh saya adalah Cai, dari SD sampai SMA satu kelas, terus setelah kuliah di Karawang juga ketemu dia. Waktu itu Cai lagi ada proyek kilang padi di daerah Cikalong. Setelah kembali ke Karawang, saya ditawari kerja jaga toko beras di tempat salah satu kliennya di Jakarta.

Kuliah sudah mau habis, tinggal ujian dan skripsi. Lagian kalau ada urusan kuliah, saya boleh libur. Makanya tawaran kerja itu saya terima. Kebetulan Cai tinggal di dekat sana, jadi bisa ketemu. Dapat kerja, dapat uang,dapat pengalaman, dan dapat jalan-jalan.
Kerjanya sih biasa aja. Selain menghitung harga pokok beras, juga melayani pembelian. Kadang juga bantu angkat dan susun beras. Tempatnya ruko 3 lantai. Lantai 1 sebagai toko, lantai 2 dan 3 tempat tinggal karyawan dan tempat penyimpanan barang. Karyawannya cuma 3 orang termasuk saya. Pemiliknya punya rumah lagi di dekat sana. Jadi datangnya cuma pagi dan malam hari kalau sudah tutup toko biasanya pulang.

Cai sering datang, kalau malam minggu biasanya nonton film. Habis nonton dilanjutkan dengan main video games. Setelah itu baru keliling kota. Paling sering ke daerah Kebayoran, lihat balapan liar. Kadang tidur di tempat Cai dan pagi-pagi diantar ke toko lagi soalnya langsung kerja. pernah juga keliling sampai pagi dan langsung kerja. Jaga toko sambil ngantuk. Kalau ngga ada Cai ngga bisa kemana-mana. Selain ngga tahu jalan, juga ngga ada kendaraan. Pernah satu kali harus ke Karawang, ke rumah dosen untuk ngurus masalah ujian negara. Malam jam 6 langsung naik sepeda motor sama Cai. Perjalanan sekitar 1,5 jam. Begitu sampai dan urusannya beres langsung balik lagi ke Jakarta. Untung aja ada Cai.

Cuma 3 bulan kerja di Jakarta, saya minta berhenti. Soalnya harus nyusun skripsi. Bosnya agak keberatan, bahkan sampai tanya, “Kenapa berhenti? Gajinya kurang ya?”. Setelah dijelaskan akhirnya mau mengerti. Dan akhirnya sayapun dilepaskan dengan terpaksa dan berat hati. Selain nyusun skripsi, alasan lainnya berhenti kerja adalah Cai. Dia juga mau pergi kerja di Taiwan, sama seperti C.Seng.
Jauh hari sebelumnya Cai sudah ngomongin masalah ini dan minta pendapat saya. Waktu itu dia bingung menentukan pilihan. Saya cuma memberi perumpamaan ke Cai seperti ini...
Misalnya sewaktu kamu ujian, terus ada salah satu soal yang ngga bisa kamu jawab. Kamu sebenarnya sudah punya jawaban atas soal tadi, cuma ngga yakin. Terus ada teman yang mau memberikan contekan jawaban, tetapi juga ngga yakin apakah itu benar. Apa yang akan kamu lakukan?
Saya pribadi memilih jawaban sendiri, meskipun nantinya itu salah. Daripada memilih jawaban dari orang lain dan juga salah. Bisa menyesal dan kesal setengah mati. Kalaupun jawaban orang lain benar juga ngga apa-apa, itu sudah usaha saya yang maksimal.
Percaya diri, tentukan sikap dan pilihan, jalankan.

25 March 2009

Yogyakarta 1


Perjalanan kali ini ke Jogya, masih naik bus. Saya turun di daerah Ring Road, sudah lupa jelasnya dimana. Kemudian dilanjutkan dengan naik becak.
Sebelumnya sudah dibekali alamat dari Sud ( adik saya), juga sudah telpon untuk memastikan posisi tepatnya. Malah saya sudah buat petanya segala, lengkap dengan semua petunjuk yang didapatkan lewat telpon dengan Sud.

Waktu mau naik becak, pakai acara tawar-menawar dulu dan dilanjutkan dengan perjanjian (meskipun ngga tertulis dan ngga pakai materai). Harganya sepakat Go Ceng alias Lima Ribu rupiah plus perjanjian harus sampai ketemu. Beruntung abang becaknya pintar, bisa baca peta yang saya buat. Tanpa kesulitan akhirnya ketemu.
Ternyata di Jogya banyak juga orang LP, Medan dan sekitarnya. Di Jogya juga ketemu dengan S.Kok, teman satu sekolah dan satu kampung, satu nusa dan satu bangsa, juga satu bahasa. Kuliahnya di tempat yang sama dengan Sud, cuma beda jurusan dan angkatan.

Sebagai tamu, memang sudah seharusnya diperlakukan dengan baik dan benar. Saya diantar jalan-jalan. Mulai dari Malioboro, Prambanan, Borobudur, Parang Tritis, dan Kali Urang dikunjungi. Makan gudeg, nasi kucing dan berbagai tempat warung pinggir jalan dicobai. Tengah malam kalau iseng dan kelaparan biasanya jalan-jalan dan cari makan. Jogya akhir tahun 90 an kok rasanya hawanya lebih dingin, sejuk dan nyaman.

Ohya, Sud kost di Jogya.
Saya juga ngga bisa lama disana, kuliah akan dimulai. Akhirnya harus balik ke Karawang. Masih tetap naik bus. Diantar sama Sud yang sambil menghabiskan sisa es krim cone, belinya di Mc.D Malioboro Mall.

Serbelawan


Ortu dagang di Serbelawan, kota kecil dekat Pematang Siantar.
Karena di LP sepi, saya lebih sering bantu ortu di toko. Bangun jam 6 pagi, buka toko sampai jam 9 malam. Ngga ada hiburan, bahkan ngga ada tv sama sekali. Kalau malam setelah tutup toko, langsung bobo. Satu-satunya hiburan di sana, ya jaga toko. Melayani pembeli, terutama kalau ada yang beli kelapa. Saya suka marut kelapa pakai mesin, meski harus hati-hati. Kalau melamun, bisa kena tangan.

Ohya, becak pulau Sumatera beda dengan yang di Pulau Jawa. Kalau di pulau Jawa pengemudinya di belakang, di Sumatera pengemudinya di samping. Ada yang pakai tenaga kaki, tapi ada juga yang pakai motor. Khususnya di Pematang Siantar, motornya jenis motor gede yang lama. Bunyi knalpotnya khas dan ngebassss....

Seminggu sekali pulang ke rumah di LP. Bawa pulang jagung saru karung buat makanan ayam di rumah. Dulu banyak piaraan di rumah. Ada anjing, ayam, bebek, kelinci, marmut, beberapa jenis ikan hias air tawar dan juga burung. Setelah saya kuliah, ngga ada lagi yang ngurus. Banyak yang dijual atau diberikan ke orang.

Beberapa teman sudah menikah dan punya anak. Tapi untunglah ada juga yang masih jomblo, salah satunya C.Seng. Dia lagi persiapan untuk berangkat kerja ke Taiwan. Makanya lebih sering main dan jalan-jalan. Prinsipnya bersenang-senang dahulu, baru bekerja kemudian.

Malam hari diajak main ke rumah saudaranya C.Seng yang di Pantai Labu. 5 orang berangkat, terus sampai di sana makan. Ngga makan nasi, cuma ada kepiting sekitar 5 kg dan telor ayam sekitar 30 biji. Semuanya direbus. Kepitingnya sih enak dan habis bersih, tapi telurnya sisa banyak. Ngga kuat menghabiskan sebanyak itu, bisa bisulan.

Walaupun ngga sampai 1 bln di LP, rasanya puas. Bisa ketemu teman lama, menikmati makanan dan suasana kampung halaman. Tapi semua itu rasanya berakhir cepat. Liburan sudah mau habis, kuliah segera mulai kembali. Tapi sebelum berangkat ke Karawang, Ortu bilang supaya saya mampir ke Jogya, berkunjung ke tempat adik saya yang cowok. Lumayan, skalian jalan-jalan.

24 March 2009

Bita


Waktu SMP, pernah dikasih Om anjing jenis Boxer. Itu lho, anjing yang mukanya melas, seperti kakek peot yang penuh keriput meskipun umurnya masih imut. Cuma sayangnya cacat. Kakinya cuma 3,5. Kaki depan sebelah kanan cuma separuh. Tapi biarlah, Boxer khan jenis mahal dibandingkan dengan anjing biasa. Ibarat mobil, ini adalah BMW. Masih mending dapat mobil BMW meskipun rodanya cuma tiga setengah, daripada dikasih BMW (Becak Merah Warnanya) yang rodanya Empat.

Ngga tahu gimana caranya, tahu-tahu anjing itu dipanggil “Bita”. Karena masih kecil dan belum bisa jalan dengan kondisi kaki seperti itu maka setiap kali selesai dikasih makan, Bita saya gendong dan ajak untuk PUP/BAB.

Setelah agak besar dan bisa jalan sendiri, Bita seperti anjing lainnya Bita doyan juga jalan-jalan. Berkunjung ke tetangga. Ngga pandang bulu dan warna, semuanya diajak berteman. Ya, gara-gara itu Bita dapat oleh-oleh. Badannya diserang kutu.

Orang dirumah ngga tahu. Malam hari kadang-kadang Bita suka masuk ke kamar tidur kami. Disana Bita meninggalkan sobat-sobat kecilnya di kamar. Beberapa sobat kecil itu mungkin terlalu aktif dan hobby travelling. Mereka berkeliaran dimana-mana. Pagi hari waktu saya bangun dan merasa aneh. Kok di daerah ketiak agak gatal. Setelah buka baju dan intip, ternyata ada seekor kutu yang lagi asyik kemping di sana.

Hari itu juga kamarnya disucihamakan. Bukan cuma itu, Bita juga dikenakan sanksi dan ngga boleh lagi berkunjung ke kamar. Apalagi sampai nginap disana. Acara berkunjung ke tetangga juga dibatasi. Harus sering mandi dan dikasih obat kutu.

The Magician


Judul : The Magician ( The Secrets of The Immortal Nicholas Flamel )
Pengarang : Michael Scott
Tebal : 580 halaman
Lama baca : 23/03/2009 s/d 24/03/2009
Nilai : Bagus

Ini salah satu buku yang saya tunggu-tunggu. Tahun lalu bukunya yang pertama ( The Alchemyst) saya baca. Bagus dan bikin penasaran untuk baca lanjutannya. Ceritanya tentang Sophie dan Josh Newman. Kembar yang punya aura perak dan emas. Perjalanan mereka bersama Nicholas Flamel yang immortal dan Scathach Sang Petarung.

Banyak mitos, legenda dan mahkluk-makhluk dalam dongeng ada dalam cerita ini.
The Alchemyst menceritakan Sophie yang belajar sihir udara, dan di The Magician dia belajar sihir api. Di akhir cerita (mungkin di buku ketiga) dia akan belajar sihir Air, dan mungkin sekalian belajar sihir tanah.
Kok hampir seperti AVATAR ( The Legend of Aang), seorang Airbender (pengendali udara) dan akhirnya belajar air, tanah dan api.
Ya, pokoknya seru deh, begitu mulai baca langsung larut dalam cerita. Salut dengan penulisnya Michael Scott. Rencananya semuanya ada 6 buku. The Alchemyst, The Magician, The Sorceress, The Necromancer, The Warlock dan The Enchantress. Ngga sabar nunggu kelanjutannya.

Ohya, sebelum baca buku ini, saya ada baca buku yang judulnya The Road karangan Cormac Mc. Carthy. Tebalnya cuma 260 halaman. Sampai selesai baca, saya ngga ngerti maksud ceritanya. Menurut saya sih ini buku yang paling ngga menarik yang saya baca. Padahal di sampul depan bukunya ditulis “pemenang Pilitzer Prize for Fiction 2007”.

Ini ada tips bagus dari Michael Scott, saya ambil dari Penerbit Matahati.com. Silahkan dibaca.

MC: Saran apa yang akan Anda berikan pada penulis yang mau mengikuti jejak Anda?

MS: Menulis.
Menulis lebih banyak.
Menulis lebih banyak lagi.
Dan beli sebuah kursi yang betul-betul nyaman buat Anda.
Rahasia menulis adalah menulis. Banyak orang yang saya tahu hanya bicara soal menulis. Mereka akan banyak bicara pada saya tentang apa yang akan mereka tulis, tentang menulis, atau bahwa suatu saat nanti akan menulis. Dan saya dapat mengatakannya dengan lantang bahwa mereka tidak akan melakukannya. Bila seseorang sungguh-sungguh serius tentang menulis, mereka akan melakukannya setiap hari meski hanya beberapa kata.
Beberapa kursus menulis akan menyarankan pada Anda agar menulis yang Anda tahu. Menurut saya saran semacam ini agak aneh...karena itu berarti, sebagai contoh, bahwa saya mestinya tidak menulis tentang Nicholas Flamel, karena saya tidak hidup di Prancis pada abad kelima belas, saya bukan seorang alkemis, bukan seorang manusia abadi (walaupun gosipnya begitu) dan tidak tahu tentang sihir.

Saran saya adalah, tulislah tentang sesuatu yang Anda sukai. Kalau Anda adalah penggemar fiksi ilmiah dan fantasi, tulislah tentang itu. Apabila Anda penggemar novel percintaan, cobalah menulis sebuah novel tentang percintaan.
Dan yang terakhir, tentu saja: bacalah. Bacalah sebanyak-banyaknya. Saya selalu heran dan merasa risih oleh sejumlah penulis muda yang bilang pada saya (dengan bangganya) bahwa mereka tidak pernah membaca! Bila Anda tidak membaca, Anda tidak akan pernah bisa menulis.

Dari dulu saya suka menulis, bukan menulis cerita dan terus dibukukan. Kalau seperti itu mungkin saya sudah kaya sekarang. Maksud saya adalah menulis cerita dan kejadian saya dan sekitarnya. Waktu itu masih dalam bentuk surat, saling cerita dengan teman.
Rasanya senang kalau dengar suara sepeda motor berhenti di depan rumah, kemudian disusul teriakan “POS”. Kalau sudah nulis surat bisa berpuluh lembar, bolak-balik dan tulisannya kecil-kecil lagi. Tapi waktu terakhir kirim surat dengan teman, saya sudah ngga seberapa banyak nulis. Kertas suratnya malah saya gambar tokoh kartun atau komik.

Setelah era tulis surat berakhir, ganti dengan Email. Ini lebih praktis, begitu tulis dan send, langsung sampai. Ngga usah tunggu pak Pos dan tempelin perangko.
Tapi sekarang juga sudah jarang nulis email, teman-temannya sudah punya kesibukan sendiri. Lagian ada SMS atau langsung telpon, mumpung lagi banyak telpon murah.

Baru bulan kemarin ( February 2009 ) saya dibuatkan blog ini. Sebenarnya dulu juga sudah pernah mencoba buat, tapi ngga pernah diisi. Alasannya sih sederhana aja, saya ngga tahu caranya posting ( he he, gaptek ya!!! ).
Senang rasanya bisa posting, bebas mau nulis apa aja..Makanya semua masa lalu dan cerita yang saya ingat langsung ditulis dan diposting. Seperti yang dulu pernah saya bilang, ini adalah warisan. Kalau suatu saat ada tokoh, tersangka, korban dan lainnya yang terlibat dalam blog saya dan membaca blog ini, mudah-mudahan mereka bisa ikut membantu melengkapi blog ini, bukannya marah, menuntut dan melaporkan saya ke polisi. Jangan kuatir deh, kalau blog ini terkenal dan dijadikan buku atau film, semua yang terlibat di dalamnya akan dapat bagian royaltinya sebesar 0.0000000000001%.

Cuma.... kadang sempat mikir, kalau dulu nulis surat atau email paling dibaca oleh yang bersangkutan. Kalaupun disebarluaskan, mungkin cuma sedikit yang peduli. Sekarang ini, nulisnya di WWW. Mungkin orang sedunia tahu, bahkan siapa tahu ada makhluk asing yang ngga tahu dari planet mana ikut baca. Tapi.... ngga masalah, Inilah saya, ini cerita saya. Bacalah.... Like it, enjoy it.

23 March 2009

Back To LP


Sejak berangkat ke Karawang tahun 1993, saya belum pernah lagi ke Lubuk Pakam. 3 tahun kemudian, waktu liburan kuliah saya disuruh untuk kembali.
Senang rasanya mendapat undangan untuk pulang. Daripada bengong di tanah orang, lebih baik pulang kampung.
Pertama kali berangkat ke pulau Jawa pakai truk, sekarang waktunya pulang ada peningkatan. Pakai bus AC. Berangkat dari terminal Cikampek. Butuh sekitar 3 hari 2 malam untuk sampai LP.

Kondisi fisik harus fit, busnya jalan terus nonstop. Berhenti cuma untuk makan. Yang repotnya jam berhenti ngga teratur. Mungkin karena sudah ada kesepakatan antara pemilik bus dengan rumah makan, jadi kalau belum sampai rumah makan yang ditentukan busnya ngga berhenti.

Di Padang ( Sumatera Barat ), mobilnya bermasalah dan harus ganti mobil. Waktu itu sudah tengah malam dan terpaksa menunggu besok paginya baru berangkat. Bosan karena sudah lama di mobil terus, saya ngga tidur malam itu. Jalan kesana-kemari. Terus lihat ada yang jual sate . Makan sate padang di Padang.

Paginya sekitar jam 9 busnya baru berangkat. Tempat duduk juga dipindah-pindah. Saya kebagian duduk di paling belakang. Sempit dan berdempet-dempetan dengan penumpang lainnya. Tapi saya sudah ngga peduli, yang penting cepat sampai rumah. Baru sebentar duduk di mobil, sudah diserang kantuk (hasil dari bergadang semalam). Ngga bisa tahan sama sekali, kepala saya kadang jatuh ke kiri, kadang ke kanan. Tetangga yang duduk di sebelah kiri dan kanan protes. Saya yang masih setengah pingsan waktu itu cuma sempat menangkap beberapa kalimat dari percakapan mereka. “Kepalanya pasti keberatan”. Wajar saja mereka berkomentar seperti itu, karena selain kepala saya besar, waktu itu rambut saya lagi gondrong, terus kepalanya ngga bisa diam dan oleng terus seperti mainan mobil yang kepalanya bisa goyang. Cuek sajalah, toh cuma bentar dengar komentar mereka. Setelah itu saya sudah benar-benar ngga sadarkan diri. Beruntung malam sebelumnya saya bergadang, jadi bisa tidur nyenyak di bus yang sempit.

Singkat cerita, saya sampai juga dengan sukses di LP. Memang banyak perubahan. Rumah sudah berubah, sekarang tinggal koko saya, istri dan anaknya. Ortu sekarang usaha di Serbelawan, Adik yang cowok sudah kuliah di Jogya, adik yang cewek sekolah di Medan.

The Blue Nowhere


Judul : The Blue Nowhere / Dunia Maya
Pengarang : Jeffery Deaver
Tebal : 640 halaman
Lama baca : 16/03/2009 s/d 18/03/2009
Nilai : Bagus

Barusan tadi masuk “dunia maya”, cari data tentang Jeffery Deaver. Ternyata di webnya jefferydeaver.com banyak sekali buku karangannya. Saya ngga tahu apakah semua atau sebagian besar sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia atau belum. Tapi sudah ada 3 bukunya yang telah selesai saya baca.

The Devil's Teardrop (Airmata Iblis ) tebalnya 543 halaman. Pertama kali baca novel karangan Jeffery Deaver, pinjam di persewaan buku. Setelah baca ternyata ceritanya seru, tentang seorang pensiunan yang ahli menganalisa tulisan. Membantu polisi untuk mencari orang yang mengirim surat ancaman.

Setelah baca bukunya, saya mulai mencari judul lain karangan Jeffery Deaver, ternyata ada The Bone Collector (Kolektor Tulang) yang difilmkan tahun 1999 dengan Denzel Washington dan Angelina Jolie sebagai pemainnya. Ceritanya tentang Detektif Forensik Lincoln Ryme yang lumpuh, membantu polisi mencari pembunuh. Saya belum baca bukunya, tapi sudah lama nonton filmnya. Bagus.
Speaking In Tongues (Lidah Tak Bertulang) bercerita tentang seorang psikopat yang berusaha membalas dendam kepada pengacara. Tebalnya 448 halaman dan juga bagus.
Beberapa minggu yang lalu, kebetulan ada sale, dan nemu buku The Devil's Teardrop dan satunya lagi The Blue Nowhere. Murah, cuma 12rb/buku. Baru dan masih segel.

The Blue Nowhere ( Dunia Maya ) baru sempat saya baca tanggal 16 maret 2009 kemarin, sebelumnya saya baca Brisingr. Ternyata ceritanya memang bagus dan menarik, sangat khas gayanya Jeffery Deaver. Alur cerita cepat, dan teka-teki siapa dibalik orang yang membantu si pembunuh tersimpan rapi sampai bab terakhir. Karena sudah pernah membaca 2 buku sebelumnya, saya sudah bisa sedikit menduga alur ceritanya, tapi tetap aja seru sampai akhir.
Ceritanya masih tentang polisi dan pembunuhan, kali ini polisinya dibantu oleh Hacker yang bernama Gillete untuk mencari pembunuh yang juga hacker.

Bayangkan kalau semua data bisa dibaca dan dipalsukan, belum lagi kalau sampai mengacaukan fungsi telepon, lampu lalu lintas, juga layanan polisi 911. Mungkin bisa dibandingkan dengan film Die Hard 4.0 yang dibintangi oleh Bruce Willis.

Hanya ada dua cara untuk membasmi para hacker dan phreaker. Yang pertama dengan membuang semua komputer dan telepon. Yang kedua dengan memberi kami apa yang kami inginkan, yaitu akses bebas kesemua informasi. Kami tidak akan kemana-mana sampai satu dari kedua hal itu terjadi.
Hacker yang dikenal dengan nama Revelation.
Dikutip dari The Ultimate Beginner's Guide To Hacking and Phreacking.

20 March 2009

Ice Cream


Hampir semua orang suka eskrim, banyak macam,rasa,warna, bisa dihiasi berbagai macam toping dan berbagai bentuk.
Saya juga suka es. Mulai dari es ganepo, eskrim, air es, es batu, es batangan atau es balok semuanya dimakan. Rasanya enak, kalau makannya agak cepat dan begitu selesai makan maka perut akan terasa dingin. Bahaya juga sih, kalau semua orang seperti saya. Gunung es akan habis bukan karena global warming, tapi habis dimakan atau dijadikan es serut.

Dulu makan eskrim yang dijual pakai kereta dorong, yang ada cuma rasa durian dan ketan hitam. Bisa pakai cone, atau bawa gelas sendiri. Tapi saya suka yang pakai roti bundar. Roti bundar manis yang isi kacang tanah dibelah dua, terus diisi eskrim. Rasanya enak dan buat perut kenyang.

Di Korea juga ada es yang enak, saya sudah lupa namanya. Mungkin disebut Bab Ping Su, campuran antara es serut, eskrim lembut dan potongan buah segar. Porsinya dari single sampai buat 4 atau 8 orang. Rasanya segar, seperti makan kombinasi antara eskrim dan es buah.
Saking gilanya dengan eskrim, meskipun musim dingin di Korea, saya juga makan eskrim, biasaya es krim yang batangan. Ada yang rasa ketela ungu. Selain rasanya enak, saya juga senang sama warnanya. Batang eskrimnya saya kumpulin sampai banyak.

Desember 2008 waktu jalan-jalan di Bali, adik saya merekomendasikan es krim Gelato. Tepatnya yang berada di swalayan Bintang daerah Kuta. Rasanya memang enak dan ngga bikin eneg. Manisnya pas banget, lembut teksturnya dan harganya juga standar (kalau ngga salah 15rb/scoop). Saya coba semua rasa buahnya, terutama yang kecut.

Kalau di rumah, buah segar dipotong dan dimasukkan ke freezer, yogurt juga kalau dimasukkan freezer dan dimakan waktu beku rasanya enak seperti eskrim. Buah segar yang enak dimakan beku adalah rambutan, anggur, strawberry dan lengkeng. Tapi kulit dan bijinya dibuang terlebih dahulu. Kalau buah jeruk cukup sampai dingin dan hampir beku aja. Buah apel sebaiknya jangan dibekukan, kalau digigit bisa bikin gigi rontok.

Bizarre Food


Pernah nonton acara tv yang namanya Bizarre Food. Ceritanya tentang host yang keliling dunia mencicipi makanan aneh-aneh. Kebanyakan sih seperti semut, ulat, dan berbagai macam serangga yang ngga ada dalam pikiran kita kalau ternyata itu bisa dimakan. Jangan ditanya rasanya, lihat ekspresi hostnya sih kelihatan lezat. Ngga tahu apakah memang lezat, atau memang hostnya ngga pernah mencicipi makanan normal.

Tahun 2002 waktu kerja di Korea, saya kenal orang Cina. 2 orang, mereka pintar bahasa Korea. Selain karena memang kampung halamannya dekat dengan Korea, mereka juga diajarkan bahasa Korea di sekolah.
Suatu hari, saya diundang mereka. Ditawari makanan, ngga tahu mereka beli dimana. Tapi kelihatannya sih belinya di mini market. Yang satu bungkusan plastik, isinya tipis sekitar 0,5 cm dan panjangnya kira-kira 15 cm, warnanya agak putih kelabu. Katanya itu adalah urat sapi. Yang kedua makanan kaleng, seperti kaleng ikan tuna. Tapi dalamnya bukan ikan, melainkan benda berwarna kuning keemasan, agak lonjong dan besarnya antara jari kelingking dan jempol orang dewasa. Isinya puluhan biji dalam rendaman air bening. Katanya itu ulat.

Urat sapi makannya perlu kekuatan ekstra. Alotnya minta ampun, mungkin itu makanannya si Gigi Emas musuhnya James Bond. Makanan ini ngga disarankan buat manula, apalagi yang pakai gigi palsu. Rasanya seperti makan tali sepatu yang dibumbui (tapi lama-lama enak kok).
Kalau ulat sih lebih enak dan gampang dicerna, agak kenyal dan juicy. Rasanya juga OK aja, asal jangan dipikirkan asal usulnya aja. Ya, anggap aja makan bakso warna emas, atau chicken nugget.

Ohya, tempat tinggalnya di container yang telah dimodifikasi menjadi kamar. Ada 2 tingkat, yang dibawah tinggal orang Indonesia dan Pilipina, sedangkan orang dari Cina tinggal di atas. WC letaknya agak jauh. Karena mereka suka minum dan kebetulan waktu itu banyak minum bir, akhirnya sering keluar dan pipis. Lama-lama, mungkin capek dan kesal bolak-balik akhirnya pipisnya langsung dari atas container. Dasar....

19 March 2009

Cakue


Lain Ladang Lain Belalang

Lain Lubuk Lain Pakamnya


Di Indonesia Cakue dan Roti Goreng banyak ditemui. Kebanyakan jualannya di pinggir jalan. Ngga jelas asal usulnya dari mana. Tapi kalau lihat dan baca tulisannya, kesannya seperti dari Cina. Kalau di Sumatera Utara, lebih tepatnya lagi di Lubuk Pakam (LP). Tanah air beta, tumpah darah dan kampung halaman tercinta, juga ada cakue. Sedangkan kalau Roti Goreng di LP disebut “Han Cim Piang”.
Ada sedikit perbedaan dengan Roti goreng yang saya makan di Surabaya dengan yang di LP.
Kalau yang di Surabaya, bagian atasnya biasanya manis dan bintil-bintil, sedangkan yang dari LP permukaaannya mulus. Rasanya juga ngga seberapa manis.

Waktu masih kecil, dan cuma tahu namanya itu Cakue dan Han Cim Piang. Sampai sudah sekolah dan bisa membaca dan menulis. Saya mulai suka memperhatikan setiap tulisan, terutama nama toko dan tulisan-tulisan di gerobak yang jualan makanan.
Suatu hari, kebetulan lihat tulisan di gerobak yang jualan Cakue. Saya suka melihat waktu membuat dan menggorengnya, adonannya bisa ditarik menjadi panjang. Disana ada tulisan ORA NYONO. Saya yang masih kecil dengan polosnya mengartikan kalau tulisan ORA NYONO itu adalah terjemahan dari Cakue dan Han Cim Piang. Dalam hati saya berpikir kalau kata Cakue Dan Han Cim Piang itu adalah bahasa Cina, sedangkan bahasa Indonesianya adalah ORA NYONO.
Sampai besar, akhirnya saya baru menyadari kalau itu salah. Setelah dikonfirmasikan dengan yang tahu (meskipun bukan ahli bahasa), ternyata Ora Nyono bukanlah Cakue dan Han Cim Piang. Tapi artinya/terjemahan bebasnya adalah “ngga nyangka”.

Ngga nyangka artinya adalah itu... Tapi biar bagaimanapun, cakue, roti goreng/han cim piang rasanya memang enak. Kata orang, apalah arti sebuah nama, yang penting khan rasanya.

Musang vs Tupai


Sekarang ini sudah jarang ketemu musang. Dulu memang masih banyak, tapi saya sendiri belum pernah menembak musang. Yang nembak biasanya dari golongan senior. Dagingnya paling enak kalau dibakar. Aroma bau pandan akan keluar kalau dagingnya sudah mau matang. Rasanya enak dan wangi.

Kalau Tupai pernah beberapa kali berburu, waktu itu sudah SMA. Sudah punya senapan angin sendiri. Merk Benjamin Franklin, bekas. Harganya Rp. 150.000,-. Waktu itu harga senapan yang sama kalau baru sudah satu juta ke atas. Karena bekas pakai, catnya sudah banyak yang terkelupas. Akhirnya saya bawa ke toko yang jual alat-alat olahraga, disana senapan angin itu dibersihkan, catnya dibersihkan semuanya. Senapan yang tadinya warna hitam berubah menjadi kuning. Karena memang aslinya dalamnya terbuat dari kuningan.

Berburu tupai harus pagi-pagi atau sore hari. Biasanya sih saya dan teman-teman memilih pagi hari, hari minggu pagi. Berangkat dari rumah sekitar jam 5 pagi, pakai sepeda motor biar cepat. Tupai sukanya di pohon kelapa. Cukup dikejutkan dengan bunyi/suara dari mulut dan mereka akan keluar dan kadang melompat ke pohon lainnya. Kalau sudah kelihatan langsung bidik dan tembak.

Ekor tupai sering dikeringkan dan dijadikan gantungan kunci.
Ohya, membersihkan tupai perlu hati-hati. Pertama sewaktu menguliti usahakan jangan sampai bulunya nempel ke dagingnya, nanti susah dibersihkan. Dan yang paling penting sewaktu mengeluarkan isi dalam perut tupai. Jangan sampai kantong kencingnya sobek atau pecah. Kalau sampai pecah dan kena dagingnya akan berbau pesing. Daging tupai lebih liat dibandingkan daging musang dan tidak wangi.

Waktu mau tamat SMA, saya sudah tobat. Ngga pernah berburu lagi. Senapan anginnya juga dijual. Yang diburu sekarang bukan lagi burung, tapi duit....

'Mprit Goreng


Sejak diajak berburu yang pertama, saya jadi senang berburu. Tapi belum punya senapan angin. Biasanya diajak pergi sama tetangga sebelah rumah. Perginya cuma berdua, naik sepeda motor.Jalannya pelan-pelan, biasanya jenis ayam-ayaman yang jadi buruan dan banyaknya di dekat sawah. Yang paling saya kagumi adalah matanya yang awas. Sambil bawa motor dan jalan pelan, dia bisa tahu dan melihat kalau ada burung. Dan saya selalu terlambat beberapa menit. Dia sudah turun dan siap mau menembak, saya baru melihat burungnya.
Pernah juga sewaktu di daerah Pasar Sore, ngga dapat buruan sama sekali. Akhirnya mampir ke rumah teman. Terus diajak jalan-jalan ke tempat pembuatan batu bata. Disana banyak pohon palem dan kelapa. Dan diantara dahan pohon banyak burung 'mprit (jenis burung pipit dan burung gereja).

Burung-burung kecil dan tak berdosa itu menjadi korban, jadi sasaran tembak. Lumayan banyak juga tertembak. Semuanya dikumpulin dan dibawa pulang. Sampai di rumah lansung dipotong, kepala dan bulunya dibuang. Isi perut dan kulitnya juga dibuang. Tinggal daging yang ukurannya cuma segede bakso. Makan waktu lumayan lama untuk memotong dan membersihkannya, kemudian dikasih kecap manis, sedikit gula,garam dan merica. Panaskan minyak, terus goreng daging tersebut. Langsung makan daging plus tulang-tulangnya, rasanya, wah... kriuk-kriuk.

Burung Bakar


Tahun 1980-an akhir masih sedikit hiburan. Waktu itu saya masih SD. Kebetulan diajak pergi berburu sama tetangga sebelah. Ada 4 orang yang berangkat, dan saya adalah anggota yang terkecil. Lainnya sepantaran anak SMA. Berangkatnya pagi hari, mumpung matahari masih bersahabat.

Bawa senapan angin 5 mm, korek api dan pisau.Ini pengalaman pertama memegang senapan angin, diajari sama senior. Mulai dari cari memegang, memompa, memasukkan peluru, membidik, mengunci dan menembak sasaran. Rasanya bangga sekali, meskipun belum diijinkan menembak burung. Yang jadi sasaran adalah buah-buahan.

Daerah perburuannya di kampung-kampung dan sawah. Jalan kaki sekitar 1 jam dari rumah. Pokoknya sambil jalan, mata harus jeli melihat sekitar. Kalau ada burung langsung diam dan berhenti lalu siap-siap menembak. Segala jenis burung yang berterbangan di atas dan hinggap di pohon,rumah atau tiang dan kabel listrik boleh ditembak, kecuali burung merpati. Karena merpati itu pasti piaraan orang. Sebenarnya sih boleh aja ditembak, asal jangan sampai ketahuan yang punya. Ada juga beberapa jenis burung dan ayam-ayaman yang suka berkeliaran di bawah dan dekat sawah-sawah. Itu juga jadi sasaran yang dicari, selain ukurannya yang besar, dagingnya juga enak. Sekali lagi, jangan sampai salah sasaran, soalnya banyak ayam dan bebek warga sekitar suka berkeliaran juga.

Matahari sudah lumayan tinggi, burung yang didapat cuma sedikit. Karena lapar akhirnya diputuskan untuk berhenti sebentar dan mulai mengumpulkan daun dan ranting kering. Api dinyalakan lalu burung-burung tadi dimasukkan dalam api tanpa dibersihkan. Setelah bulunya habis terbakar dan dagingnnya kelihatan menghitam langsung diambil. Buang lapisan luar bulu dan kulitnya langsung dimakan. Saya yang kelaparan ikut aja makan, langsung habis daging dan bahkan jeroannya. Yang lainnya bingung, biasanya yang dimakan cuma dagingnya dan bagian dalammnya dibuang semua. Kebetulan burung yang saya makan itu jenis murai kacer yang warnanya hitam putih. Menurut kabar yang beredar sejak jaman dulu, jenis burung itu sukanya makan kotoran. Makanya jarang ada yang mau makan dagingnya, apalagi sampai makan jeroannya.

Saya yang diceritain cuek aja, lagian sudah terlanjur masuk perut, lapar lagi. Mau gimana lagi?
Waktu ditanya rasanya, ya saya jawab “enak”.Masalah belum berakhir, saya baru ingat kalau harus sekolah. Ngga ada yang bawa jam. Ngga ada yang tahu sekarang jam berapa. Saya disuruh bolos sama yang lainnya, tapi ngga mau. Akhirnya saya pamit dan pulang sendirian. Kebetulan ingat jalannya.
Akhirnya sampai juga di rumah dengan sukses, masih sempat mandi dan buru-buru ke sekolah.
Burung bakar yang pertama, rasanya memang enak.

Busi vs Mur


Ngga jelas nama permainan ini apa. Ya, memang ngga pernah dikasih nama.
Pada zaman dahulu kala, waktu saya masih SD. Mainan ini masih dijual. Mungkin sampai SMP juga masih ada meskipun udah mulai jarang. Bentuknya seperti roket dengan panjang sekitar 10-15 cm, bodinya dari plastik dan bagian kepalanya dari besi. Di bagian kepalanya dimasukkan peluru mesiu yang bundar warna merah (biasanya banyak dipakai sebagai peluru pistol mainan). Setelah itu dilempar ke atas, akan bunyi setelah menyentuh tanah, semen atau permukaaan yang keras.

Mungkin bosan dengan bunyinya yang terlalu pelan dan ukurannya yang kecil. Mulailah orang-orang berkreasi. Dibuat dari 2 buah mur. Macam-macam ukurannya, dari mulai mur kecil untuk sepeda sampai mur besar untuk mobil. Ukuran menentukan bunyi. Semakin besar mur yang dipakai, bunyi yang dihasilkan juga semakin besar. Kalau mur kecil, peluru kertas yang dipakai cuma sedikit. Kalau mur besar, peluru kertasnya juga banyak, bahkan bisa dimasukkan sekaligus satu rol kecil. Bunyinya lebih keras dari mercon/petasan.

2 buah mur diikat dengan karet, bagian buntutnya diberikan ekor dari tali rafia yang disobek/sisir menjadi halus. Tujuannya selain mempercantik tampilan, memudahkan waktu melempar, lebih seimbang dan mudah mencari sewaktu jatuh. Hati-hati, selain bunyinya yang keras yang perlu diperhatikan adalah waktu lempar. Jangan sampai nyasar, mendarat di atap rumah yang dari seng paling cuma dimarahi yang punya rumah. Kalau sampai mendarat di kepala orang cepatlah lari, dan panggil ambulance.

Pakai mur dan diikat rafia bentuknya kurang artistik, makanya disempurnakan lagi. Sekarang yang dipakai adalah busi motor/mobil. Bagian kepalanya dipotong dan dikosongin supaya bisa diisi dengan pentol korek api, kemudian ditutup dengan baut. Bautnya diikat dengan kawat dibodi busi supaya tidak hilang. Bagian ekor juga dihiasi dengan tali rafia. Bunyi yang dihasilkan dengan busi juga besar. Bisa juga bunyinya kecil disertai dengan pantulan busi yang melompat tinggi. Ngga tahu kenapa bisa kadang-kadang bunyinya besar, kadang-kadang bunyinya kecil tapi bisa memantul.Apakah reaksi yang terjadi antara korek api dengan benturan yang ditimbulkan sewaktu busi menyentuh permukaan yang keras atau karena sebab lainnya.

17 March 2009

Purwakarta


Kalau cuma mengandalkan kiriman dari ortu pasti lama-lama jadi masalah. Akhirnya saya mencoba untuk melamar kerja. Kebetulan di Klari, Kosambi, Karawang dan Cikampek banyak pabrik. Jadi coba-coba buat lamaran kerja. Bolak-balik dipanggil dan dites, akhirnya diterima.Tapi cuma percobaan, jadi sales.

Walau cuma percobaan dan ngga digaji (cuma dikasih uang makan) saya enjoy aja. Soalnya selain ketemu teman seperjuangan yang asyik, juga bisa jalan-jalan. Karena status saya percobaan, maka daerah jajahannya juga luas. Hari ini ikut sales yang di Karawang, besoknya Cikampek dan Purwakarta. Pokoknya jalan-jalan terus.

Selain dipersenjatai dengan bulpen dan daftar barang, bon dan kadang sampel barang. Sales juga diperlengkapi dengan kendaraan perang. Yang umum adalah adalah Vespa. Ada satu sales yang khusus, dia dikasih sepeda motor tipe “bebek”. Kalau saya cuma kebagian duduk di belakang alias dibonceng.

Pernah satu hari ada salah satu sales absen, saya disuruh menggantikan untuk sales daerah Cikampek. Saya kurang mahir kalau pakai Vespa, makanya saya minta ganti. Akhirnya dipinjami motor Shogun punyanya kepala gudang. Dalam perjalanan ke Cikampek, mampir dulu ke tempat teman kuliah yang kerja di pom bensin. Isi bensin disana, gratis. Sekalian ngobrol-ngobrol dulu.

Walau punya daerah kekuasaan masing-masing, sales itu harus saling kerjasama. Bahkan harus menjaga hubungan baik bukan cuma dengan konsumen, tapi juga dengan sales lainnya. Saling tukar informasi. Pulang kerja kumpul di salah satu rumah teman, ngobrol atau jalan-jalan dan makan.

Kalau kebetulan ke Purwakarta harus nginap, disana disediakan tempat dari perusahaan.
Purwakarta yang di sini adanya di Jawa Barat, bukan Purwokerto yang ada di dekat Jawa Tengah. Yang dekat disana adalah bendungan Jatiluhur. Pernah kesana 2 atau 3 kali. Waktu pertama kali kuliah dan jalan-jalan sama teman kuliah yang rumahnya di kawasan PT. Pupuk Kujang Cikampek.

Cuma bertahan 1 bulan jadi sales, saya mengundurkan diri. Soalnya kalau keluar kota bisa nginap atau pulang malam, sering ketinggalan kuliah. Meskipun kuliahnya malam hari dan seminggu cuma 2-3 kali, khan sayang kalau sampai ketinggalan. Tujuan utama saya dikirim jauh-jauh dari LP ke Karawang khan untuk menjadi Sarjana. Ilmu adalah utama, sedangkan kerja,jalan-jalan dan lainnya adalah bonusnya.

Brisingr


Judul : Brisingr
Pengarang : Christopher Paolini
Tebal : 864 halaman
Lama baca : 05/03/2009 s/d 13/03/2009
Nilai : Bagus

Buku ketiga dari cerita Eragon dan Naganya yang bernama Saphira. Buku pertama berjudul Eragon, yang kedua Eldest dan ketiga Brisingr. Harusnya Brisingr merupakan buku terakhir, mungkin karena ceritanya berkembang dan menjadi terlalu panjang makanya dilanjutkan ke buku yang keempat.

Seperti Eragon dan Eldest, Brisingr memang memuaskan setelah lama menunggu. Kali ini ngga cuma menceritakan petualangan Eragon, tapi juga sepupunya yang bernama Roran. Dan akan jelas lagi tentang kata Brisingr. Ceritanya baca aja sendiri, ngga seru dong kalau saya bocorkan di sini.

Pengarangnya memang hebat, masih muda. Bahkan waktu nulis Eragon umurnya baru sekitar 15 tahun. Wah... Kalau saya umur 15 paling cuma bisa nulis surat keterangan sakit kalau mau bolos sekolah..
Saya bacanya kalau ada waktu, biasanya dalam perjalanan ke kantor. Daripada bengong di mobil selama 1,5 jam. Khan lumayan dipakai baca. Kalau bukunya bagus berarti full 1,5 jam baca. Kalau kurang menarik biasanya cuma bertahan 30 menit, setelah itu lansung tidur. Perjalanan pulang juga begitu, tapi ngga bisa full 1,5 jam. Kalau pulang paling cuma 15-20 menit. Langit keburu gelap. Kecuali bawa lilin atau emergency lamp.

Eragon dan Eldest saya pinjam, waktu baca ternyata ceritanya bagus. Sekarang udah punya sendiri Eragon dan Eldest, ngga beli sih tapi dikasih sebagai hadiah ultah. Brisingr beli sendiri, langsung beli begitu ada di toko buku. Kalau nunggu dikasih lagi kelamaan, bisa penasaran.

14 March 2009

Klari



Kolaborasi dengan Cek Kong cuma bertahan selama 3 tahun, akhirnya saya memutuskan untuk pergi meninggalkan beliau. Demi menggapai cita-cita menjadi lelaki mandiri. Banyak suka dan duka, cerita dan pengalaman selama di sana.
Belajar bagaimana caranya mengatur karyawan, proses produksi mulai dari mencampur bahan, mengisi di botol sampai pemasarannya, pergi belanja ke pasar, masak. Bahkan belajar jadi tukang sewaktu atap pabrik roboh dan dibangun kembali menjadi yang baru.
Teman kuliah ngajak ikut dia. Kebetulan dia sewa tempat kecil di daerah Klari dan buka toko jualan barang-barang listrik seperti lampu,kabel,saklar dan teman-temannya. Ukurannya kecil, paling cuma 3x6 meter. Kalau mau mandi harus minta air sama tetangga sebelah dan kalau mau buang air besar ada disediakan WC umum.
Pernah satu kali WC umumnya rusak, karena overload. Muatannya terlalu banyak dan meluap sampai jauh... So, ngga bisa BAB di sana. Tiap pagi kalau “ada panggilan alam”, terpaksa harus naik angkutan kota ke Karawang dan menyelesaikan masalah di sana. Jangan sampai nunggu sakit perut baru berangkat, bisa-bisa “muatannya” tercecer di angkot.

Itu baru sedikit masalah, belum lagi masalah makan. Sekarang harus beli sendiri, kadang masak sendiri. Kebetulan sebelah ada warung nasi, makanya sering beli disana. Kalau mau hemat biasanya saya ambil nasinya banyak-banyak terus ditambahi sayur dan ikan. Makan paling cuma habis separuh, sisanya dimakan lagi nanti. Jadi beli sekali buat makan 2 kali.

Harus pintar-pintar ngatur uang, khan sekarang cuma mengandalkan kiriman dari ortu.
Ada kejadian, waktu itu uang di kantong sudah menipis. Saya ke Karawang untuk ambil uang di bank. Sebelum sampai di bank, mampir di tempat persewaan buku. Pilih-pilih novel dan komik, terus bayar. Uang di kantong cuma sisa untuk ongkos angkot pulang. Lalu ke bank dan mau ambil uang, ternyata... uang kiriman dari ortu belum masuk.
Wah... Dengan lesu saya pulang ke Klari. Teman saya heran, kok saya ngga makan. Padahal sudah malam. Akhirnya saya cerita dan pinjam duit sama dia.

Untuk mengisi waktu saya biasanya baca, soalnya kuliah juga udah mulai jarang. Kalau lagi ada duit biasanya sewa buku, beli tabloid Otomotif, kadang pinjam koran sama tetangga.
Suatu hari ada gambar Son Go Ku ( Dragon Ball ) di koran. Besoknya saya ke Karawang beli pensil warna kayu murahan. Dinding dekat tempat tidur jadi korban, saya gambari Son Go Ku. Ukurannya lumayan besar, mungkin 1x2 meter.
Teman saya protes, takut kalau di marahi pemiliknya. Tapi setelah gambarnya selesai, dia malah bantu kasih warna. Tiap kali kalau ada pemiliknya datang untuk nagih uang sewa, lampu sebelah dalam dimatikan biar gelap dan ngga kelihatan.

Tintenherz / Inkheart

Judul : Tintenherz / Inkheart
Pengarang : Cornelia Funke
Tebal : 535 halaman
Lama baca : 26/02/2009 s/d 04/03/2009
Nilai : Lumayan

Sebelum membeli buku ini, sempat lihat trailer filmnya yang dibintangi oleh Brendan Fraser. Kelihatannya kok seru banget. Makanya cepat-cepat cari bukunya di toko buku. Khan lebih asyik kalau baca bukunya dulu baru nonton filmnya. Bisa membandingkan apakah buku yang kita baca dan yang kita bayangkan apakah sesuai dengan apa yang akan dilihat difilm. Kalau lihat filmnya dulu biasanya sudah kurang mood buat baca bukunya lagi.

Temanya menarik, tentang tokoh utama yang bisa mengeluarkan orang dan benda yang ada di dalam buku. Sayangnya ceritanya kurang action, adegan perkelahian cuma diceritakan secara sekilas dan singkat. Alurnya juga naik turun, baru aja tegang dan lagi seru-serunya, tiba-tiba udah menurun kembali.
Sekarang lagi nunggu filmnya, mau lihat apakah sama dengan bukunya. Atau lebih seru dengan berbagai macam special effect. Semoga ngga mengecewakan.

Ohya, Cornelia Funke juga penulis Herr Der Diebe / Pangeran Pencuri. Filmnya sudah saya tonton, lumayan menarik, tapi mungkin memang ditujukan buat remaja. Ceritanya ringan.

Batalyon



Hampir sama dengan petak umpet. Caranya tumpuk batu bata sebanyak 5-8 di dalam lingkaran yang diameternya antara 20-30 cm. Pemainnya antara 3-10 orang. Yang satu orang bertugas jaga, batu diambil kemudian dihamburkan. Yang jaga secepatnya berusaha menyusun kembali batu ke dalam lingkaran, sementara yang lain langsung lari dan sembunyi.

Terus yang jaga harus mencari satu-satu temannya yang sembunyi, teriak namanya dan menyentuh batu yang dilingkaran sebagai tanda kalau sudah ketemu orangnya. Sementara yang jaga mencari, yang sembunyi boleh mencoba untuk mengambil batunya dan kembali menghamburkannya sehingga kalau ada teman yang tertangkap bisa kembali sembunyi.
Permainan berakhir kalau semua yang sembunyi telah ditemukan. Biasanya dimainkan di malam hari biar seru. Tapi kadang ada juga yang nakal, begitu disuruh lari dan sembunyi. Eh... malahan lari pulang ke rumah, kasihan yang jaga nyari dan ngga ketemu.

Kalau sudah selesai main, biasanya kumpul di rumah teman. Kebetulan depan rumahnya ada pohon besar dan di sampingnya juga ada kali yang lumayan lebar. Semua orang naik dan mencari tempat duduk yang enak di atas pohon. Terus mulai cerita. Bisa dongeng atau pengalaman pribadi, tapi harus mengandung unsur horor.

12 March 2009

Ikan Ajaib


Dari dulu waktu masih imut, hobby piara binatang udah mulai timbul. Terutama ikan, mulai SD udah senang ikan hias air tawar. Kalau sebelum SD memang suka ikan, tapi ikan matang, yang dibakar, goreng, pepes dan kukus.... he he (dan sampai sekarang).

Yang paling berkesan dan masih terus saya ingat adalah cerita tentang koko saya. Waktu itu pergi ke tempat orang jual ikan dengan koko, sibuk berkeliaran dan mencari ikan yang cocok. Sebenarnya sih banyak yang cocok dan bagus-bagus. Tapi sayang kantongnya lagi bolong. Kesana cuma jalan-jalan dan cuci mata.

Baru setengah jam disana, tiba-tiba koko kasih kode dengan bahasa isyarat. Tangannya tunjuk-tunjuk terus keluar, mulutnya cuma keluar bunyi mmmhh,mmmhh. Saya bingung, biasanya kalau main ke tempat orang jual ikan bisa berjam-jam. Paling cepat juga 2 jam, jalan, liat dan ngobrol. Ini kok cepat mau pulang dan kenapa tiba-tiba kok jadi seperti orang bisu.

Sebagai seorang adik yang baik dan nurut, saya ikut keluar. Sampai di luar baru tahu rahasia di balik kebisuan koko dan mengapa maunya cepat pulang. Dari dalam mulut koko keluar ikan mas koki yang kecil 1 ekor. Ternyata dia nangkap ikan dan diselundupkan di dalam mulutnya. Ikan itu cepat-cepat dimasukkan dalam kantong plastik yang telah disediakan, airnya diambil dari air selokan dipinggir jalan. Kasihan, ikannya teler berat. Ngga tahu apakah karena memang kekurangan oksigen atau gara-gara bau di dalam mulut koko... Dan nasib ikan itu memang malang, setelah beberapa saat ngga bisa diselamatkan. Sia-sia pengorbanan koko.

Ingatlah.... Jangan pernah ke tempat jualan ikan tanpa bawa uang, dan yang paling utama janganlah mengambil ikan orang lain, apalagi sampai dimasukkan dalam mulut. Kasihan ikannya.

Mercon



Mercon atau petasan, banyak macam, bentuk, ukuran dan bunyinya. Biasanya yang sering dimainkan jenis yang dibanting seperti dalam film ninja jaman dulu, cuma bedanya yang ini asapnya dikit dan bunyinya juga pelan. Favorit yang lain adalah mercon cabe, kecil tapi suaranya lumayan nyaring. Dan yang terakhir adalah kakaknya mercon cabe, ukurannya sebesar kelingking dewasa, bunyi dan ledakannya dahsyat. Perlu nyali dobel untuk menyalakan ini.

Paling umum, cara menyalakan mercon adalah disulut dengan korek api terus lari secepatnya sambil tutup kuping. Kalau mau praktis dan cepat, tinggal nyalakan aja hio/dupa atau bisa juga dengan obat nyamuk bakar. Pegang pakai sebelah tangan dan tangan yang satunya lagi megang mercon. Tinggal dekatin mercon dengan hio/dupa/obat nyamuk bakar tadi, kalau udah nyala secepatnya dilempar. Hati-hati saat melempar, jangan sampai kena orang. Saya pernah melempar dan jatuh dekat teman yang lagi ngobrol, untungnya mereka cuma ngomel.

Beberapa trik khusus kalau mau merconnya tidak cepat meledak, bisa dengan cara menarik sumbunya agar lebih panjang, tapi jangan sampai copot. Cara kedua adalah tehnik menyalakannya. Usahakan sumbu yang kena api sedikit mungkin supaya menjalarnya lebih lama. Cara kedua ini biasanya kami gunakan untuk buat kaget orang-orang dijalan. Mercon dinyalakan di pinggir jalan, terus ditinggal dan biasanya kalau orang lewat pasti kaget waktu merconnya meledak ( jangan ditiru ya).

Mercon atau petasan bukan cuma buat kagetin orang. Cara mainnya juga bukan sekedar dinyalakan, dilempar dan didengarkan bunyinya.
Ada beberapa cara yang bisa buat mercon lebih hidup dan asyik. Yang pertama untuk mainnya butuh 2 orang dan tambahan alat bantu karet gelang dan sedotan. Caranya, mercon dimasukkan dalam sedotan dan siap untuk ditembakkan, teman yang satunya lagi bertugas untuk menyalakan mercon tadi. Jadinya seperti mercon roket.

Cara yang kedua paling asyik, bisa solo player, tapi lebih asyik kalau rame-rame. Siapkan mercon dan perlengkapannya, terus carilah lapangan rumput yang luas. Kalau bisa lapangan rumput itu bekas didatangi oleh sapi, kerbau, lembu, kuda atau hewan besar sejenisnya. Kenapa begitu???
Karena butuh elemen penting dari hewan-hewan tersebut, yaitu kotorannya.
Tancapkan mercon di atas kotoran tersebut (bayangkan aja kue ulang tahun), cukup 1 biji mercon aja. Setelah itu nyalakan dan larilah sekencang mungkin seakan-akan dikejar setan, selamatkanlah dirimu. Kalau telat dikit aja, maka duniamu akan dipenuhi dengan warna dan bau yang akan menyertai sepanjang hari.

Teman saya pernah kecelakaan, merconnya meledak sebelum dia sempat menyelamatkan diri, akibatnya muka penuh dengan percikan kotoran sapi. Jangan lupa, hati-hatilah selalu, mercon yang meledak bisa bahaya. Saya pernah coba memasukkan ke dalam mulut botol Aqua dan botolnya pecah.
Ya.... Begitulah, permainan yang bisa memacu adrenalin. Bisa ngga ya diusulkan ke Fear factor?? Tapi merconnya dibuat segede tangan biar lebih seru.

11 March 2009

Pecah Piring


Kumpulkan tutup botol yang dari kaleng sekitar 15 – 20 biji, kemudian dipipihkan dengan cara dipukul. Siapkan juga bola plastik yang telah dimodifikasi seperti pada permainan “bola top”. Kalau tidak ada bola plastik, bisa dibuat dengan cara mengisi pasir ke plastik dan diikat sampai berlapis-lapis supaya ngga gampang pecah.

Cara mainnya gampang, bentuk 2 kelompok masing-masing anggotanya 2-4 orang. Buat lingkaran dengan diameter 15-20 cm. Susun tutup botol menumpuk tinggi di tengah lingkaran, kemudian buat garis lurus yang berjarak sekitar 3-5 meter dari lingkaran.
Kelompok yang pertama bertugas jaga dan yang kedua main, caranya dengan giliran melempar tumpukan tutup botol tersebut, kalau tidak ada yang kena maka giliran kelompok berikutnya yang main . Jika kena, maka yang melempar harus secepatnya lari dan menghindar sedangkan yang jaga harus mengambil bola dan melempar ke yang tadi main. Sambil lari dan menghindar, dia juga mengumpulkan tutp botol tadi dan harus disusun kembali di dalam lingkaran. Permainan berakhir atau ganti giliran kalau semua tutup botol telah disusun rapi atau semua anggota yang main kena lempar.

Game ini jarang dimainkan lagi, dan biasanya lebih banyak dimainkan anak cewek. Terakhir kali saya main, game ini juga menjadi seru. Bola plastiknya diganti dengan bola kasti. Lokasi mainnya di dekat kelenteng yang dikelilingi dengan tembok batu, luasnya sekitar 10x20 meter.
Kebetulan baru selesai hujan, jadi lantainya masih banyak genangan air dan licin. Waktu itu cuma 4 orang, masing-masing 2 orang. Mainnya jadi agak kacau, hampir ngga ada yang mau dengan sengaja menjatuhkan tumpukan tutup botol tersebut. Bayangkan aja, jika kena dan tutup botolnya jatuh harus siap-siap lari. Bola kasti yang dilempar dengan sekuat tenaga kalau kena badan bisa membuat cetakan yang warnanya merah menyala, bunyi buukk yang empuk plus rasa sakit dan pedas yang menjalar di badan, apalagi sampai kena kepala, bisa melihat bintang-gemintang gemerlapan di siang bolong disertai pusing 7 keliling. Mendengar bunyi bola dilempar aja sudah takut, ngga bisa lari jauh dengan tempat tertutup seperti itu karena bolanya terus memantul kesana-sini. Belum lagi ditambah lantai yang licin.

Akhirnya semuanya nyerah ngga berani lanjutin. Badan babak belur kena bola dan lecet-lecet gara-gara jatuh terpeleset di lantai. Ya... kalau ada yang bilang ini game cewek, coba aja versi brutal seperti yang di atas.
Ohya, kenapa namanya “pecah piring?” Mungkin karena bunyinya sewaktu kena bola seperti bunyi piring pecah. Terus kenapa ngga “piring pecah”, ya... karena memang bukan piring yang pecah.

03 March 2009

Game NGAWUR



Kenapa ya, orang ngga suka sama yang biasa?
Namanya juga masih muda, penuh energi dan kreativitas tinggi. Maka game yang biasapun bisa dimodifikasi menjadi benar-benar beda dan kadang benar-benar bahaya.


Mulanya biasa saja....
Main bulu tangkis seperti layaknya Rudy Hartono yang tampil di piala Thomas, cuma beda settingan aja. Kalau piala Thomas di lapangan indoor, ini outdoor dan out of order.

Setelah main satu jam lebih, rasa bosan datang menyerang. Iseng dan ngga tahu siapa yang mulai, shuttlecocknya diisi dengan pasir dan kerikil-kerikil kecil. Waktu dipukul, partikel-partikel tadi semuanya berhamburan di udara.
Pertama masih sedikit dan pukulnya masih pelan-pelan. Lama kelamaan semakin ngawur, diisi semakin banyak kerikil dan dipukul dengan keras. Dan..... kebetulan sekali bagian belakang lapangan yang dipakai adalah rumah. Bisa dibayangkan bagaimana kerikil-kerikil tadi semuanya berterbangan dan hinggap dengan mulusnya di atap rumah plus mengeluarkan bunyi seperti hujan deras.

Yang punya rumah sambil mengucapkan mantra (yang tidak bisa saya tuliskan disini, karena berbahaya) keluar dan marah-marah. Sedangkan saya dan teman langsung sadar dan ambil langkah satu-satu kali seribu alias lari tunggang langgang menyelamatkan diri.

Game yang kedua adalah perang-perangan.
Bertiga (saya, Chai dan S.kok )main ke rumah An. Di rumah An ada kolam ikan dan dibelakangnya ada kebun kosong yang posisinya ada ditengah-tengah rumah. Kebetulan waktu itu musim kemarau, tanah di kebun kering dan banyak yang menggumpal.

Tanah yang menggumpal dalam berbagai ukuran itu diambil dan dijadikan sebagai granat. Terbagi 2 kelompok, masing-masing 2 orang dan langsung saling melempar. Granat tanah berterbangan kemana-mana memakan korban. Yang pasti selain kami berempat, korban paling parah adalah tembok rumah. Penuh dengan bercak-bercak menghiasai sepanjang tembok dan jendela rumah di sekitarnya.
Mama An datang, kami berempat dimarahi habis-habisan dan diusir pulang. Tapi untunglah yang diusir cuma 3 orang. An anaknya ngga ikut diusir... he he he.

Semua adegan dalam game ini berbahaya dan dilakukan oleh pemain profesional. Jangan dicoba dirumah, di jalan atau dimanapun anda berada. Resiko ditanggung sendiri kalau nekat mencoba.

PATOK LELE



Ngga ada hubungannya sama sekali dengan makanan atau ikan. Ngga juga berhubungan dengan ayam yang “patuk-mematuk.”
Hampir sama dengan game “Bola Top”. Ini masih merupakan salah satu spesies game jadul yang mungkin sudah atau terancam punah. Kalaupun belum punah, sudah pasti masuk kategori langka.

Peralatan yang diperlukan dikit, cuma gagang sapu yang dipotong. Yang satu panjangnya sekitar 30 cm dan satunya lagi sekitar 15 cm. Terus buat lubang cekung sekitar 20 cm panjangnya dan dalamnya sekitar 10 cm. Di depan lubang tadi digarisi lurus sekitar 30 – 100 cm sebagai batas.
Pemain dibagi menjadi 2 kelompok dengan anggota 2 atau 3 orang. Kalau kebanyakan orang bahaya, bisa tawuran atau disangka mau demo.
Caranya, grup 1 main dan grup 2 jaga dan nanti akan bertukar posisinya.

Gamenya terdiri dari 3 step.
Step 1 : Batang sapu yang pendek diletakkan melintang di atas lubang, kemudian gunakan batang yang panjang untuk mengungkitnya sejauh mungkin.
Step 2 : Pemain berdiri di belakang garis, tongkat panjang sebagai pemukul dan tongkat pendek dipukul.
Step 3 : Tongkat pendek ditaruh di dalam lubang dalam posisi tidur, kemudian dipukul dengan tongkat panjang sampai memantul lalu dipukul sejauh mungkin sebelum pantulan tongkat pendek jatuh.

Yang jaga harus berusaha menangkapnya. Kalau dapat dengan 2 tangan akan mendapatkan nilai 10 dan nilai 50 kalau dengan 1 tangan. Kalau tidak dapat menangkapnya, maka dia harus melempar dari tempat tongkat pendek itu jatuh. Sasarannya adalah lubang kecil di belakang garis, usahakan untuk melempar sedekat mungkin ke lubang.
Nilai dihitung berdasarkan jarak lubang dengan jatuhnya tongkat kecil diukur dengan tongkat yang panjang.Misalnya kalau tongkat pendek jatuhnya 90 cm dari lubang, maka kalau diukur dengan tongkat panjang yang ukuran 30 cm adalah 3 ( dapat poin 3 ) dan permainan berlanjut ke step berikutnya.Kalau tongkat pendek jatuh dekat lubang dengan jarak kurang dari 30 cm berarti ganti pemain selanjutnya.

Hati-hati, jangan terlalu dekat kalau main “patok lele”. Bisa-bisa dipatok sama tongkat kayu.
Saya pernah sekali kena, lumayan dapat tanda warna biru&hijau di wajah plus bengkak.