29 May 2009

Santai


Ah..... enaknya kalau bisa santai. Meski kadang orang suka sirik lihat orang santai.
Santai, boleh santai. Asal jangan terlalu santai.
Sekarang sudah tanggal 29 Mei 2009. Dua hari lagi bulan mei berakhir. Dulu saya pasang target untuk menyelesaikan buku tiap minggu 1 buku. Dan untuk bulan Mei ini ternyata gatot (gagal total).

Tanggal 1 Mei mulai baca buku Patriot Games karangan Tom Clancy, dan sampai sekarang belum juga selesai. Bukan berarti bukunya ngga bagus. Cuma lagi ada “yang lain.”
Nulis blog juga mandeg selama satu minggu lebih. Bayangkan, 2 kebutuhan pokok (membaca dan menulis) macet begitu lama. Ada sih, baca komik , majalah dan koran. Ada juga nulis, tapi ngga berhubungan dengan blog.
Banyak membaca, karena sumber ilmu. Banyak menulis, biar ilmunya bisa diamalkan. Ngga baca dan ngga nulis karena saya lagi santai dan mikir. Istilah kerennya lagi cari inspirasi. Lagi mikir mau baca apa, lagi mikir mau nulis apa. Biar nanti banyak cerita.

Dulu, waktu di LP. Kalau mau santai, saya suka naik ke atas rumah. Sore hari menjelang matahari pergi. Rasanya aman, nyaman dan tenteram melihat langit yang berwarna kemerahan dan semakin gelap. Apalagi kalau ada angin bertiup sepoi-sepoi (jangan sampai ada angin tornado).
Kenapa sore hari.... karena kalau siang panas. Ngga bagus buat kulit.

Malam hari juga boleh, bisa lihat bintang. Asal jangan lupa sediakan autan, biar ngga kehabisan darah.
Sekarang, kalau mau santai juga bisa. Biasanya waktu berangkat kerja ngga bawa buku. Cukup dengerin lagu pakai earphone. Sambil perhatikan orang-orang di jalan. Kalau sudah capek, tinggal pejamkan mata dan bobo.

Kawan.... Kalau Anda merasa capek, lemah, letih, lesu dan kurang bergairah. Mungkin anda kurang darah.. Minumlah... darah (he he... bercanda).
Mungkin anda perlu santai. Kata mama,”slow down” and “take a break.”
Luangkan waktu sejenak untuk santai, rileks. Ambil nafas dalam-dalam (jangan sambil kentut), kemudian lepaskan (lewat mulut).
Ah......... Lega.

15 May 2009

TV


Handphone penting sebagai alat komunikasi, selain buat telpon ortu, saudara, pacar dan teman. Bisa juga dipakai buat main game dan sebagai alarm. Sebagian besar orang punya HP, bahkan ngga cuma 1, ada yang sampai 2 atau 3. Kalau bawanya lebih dari 3, namanya makelar HP.

Benda kedua adalah Televisi. Kotak ajaib yang bisa menampilkan hiburan. Ngga bisa membayangkan betapa bosannya sendirian di kamar, ngga ada kegiatan dan ngga ada TV. Bisa aja sih baca buku, tapi ngga semua orang suka baca. Apalagi kalau ada di negara orang, ngga ada bacaan yang berbahasa Indonesia. TV jadi pilihan utama.

Setiap hari sebelum kerja dan pulang kerja selalu nonton TV. Kebetulan di tempat saya ada TV kecil peninggalan senior. Sudah agak kuno sih, tapi masih lumayan dan bisa dipakai.
Tadinya satu kamar ada 5 orang, satu persatu pergi dan pindah kerja. Tinggal saya sendiri dan TV tadi. TV nya ngga ada yang mau bawa, selain berat juga mulai rewel.

Sendirian ditinggal teman-teman dan cuma ditemani TV memang menyedihkan. Ditambah lagi TV nya juga mulai berkhianat. Memasuki musim dingin, TV nya bertambah rewel. Kalau pagi ngga mau nyala. Jadi kalau mau nyalain TV, pagi-pagi sudah harus dinyalakan. nanti setelah 2 jam baru akan nyala sendiri. Semakin dingin cuacanya TV semakin rewel. semakin lama kalau mau nyala. Pernah dinyalakan pagi sekitar jam 7 waktu mau kerja, sekitar jam 12 siang baru nyala. Akhirnya TV itu sering saya biarkan nyala. Ngga berani dimatikan.

Itupun ngga bertahan lama. Suatu hari, di musim dingin waktu salju mulai mencair. TV nya mati total. Sudah coba nyalakan satu hari, tapi tetap ngambek. Waktu matahari bersinar TV nya saya jemur, tapi tetap ngga mau nyala. Bahkan saya tutupi dengan selimut tebal dan nyalakan pemanas juga sama. TV nya ngga menunjukkan gejala untuk hidup. Besoknya saya menyerah, segala cara sudah dilakukan dan tetap saja nyawa TV ngga bisa diselamatkan. Oh... sedihnya hatiku.
Mungkin begini rasanya ditinggal pergi oleh TV.
Sedih...
Sepi...
Sendiri lagi...

Untunglah saya sadar, memutuskan ngga akan bersedih terlalu lama. Saya akhirnya pindah kerja. Dapat teman sekamar yang juga ada TV baru, malah lengkap dengan DVD player, mini compo dan microwave. Komplit.
Hidupku kembali berseri, bersinar kembali. Cling.....

Salju


Musim dingin datang, salju turun. Pertama kali melihat salju turun rasanya seperti di alam khayal. Apalagi tempat kerjanya mendukung. Kamar tempat tidur letaknya agak jauh dari pabrik, ada sawah di belakang. Kiri kanan dan depan banyak pohon. Wah, bagus sekali melihat salju yang seperti kapas halus turun. Teksturnya lebih lembut dari es serut. Cuma dalam waktu sekitar 1 jam, hampir semua permukaan kelihatan putih bersih.

Waktu salju turun, udara masih belum seberapa dingin. Ya, walaupun dingin tapi masih tertutupi oleh rasa keindahan dan kekaguman melihat salju. Setelah lewat beberapa minggu dan apalagi waktu saljunya mulai mencair, udara menjadi semakin dingin.

Kamar tempat tidur memang ada pemanas. Ada 2 macam, yang satu biasanya berbentuk seperti kipas angin, tapi ada elemen pemanasnya. Jadi yang keluar hawa panas. Atau yang bentuknya seperti radiator. Bahan bakarnya bisa minyak tanah. Hawa panas keluar dari besinya. Yang kedua seperti tikar untuk tidur. Atau biasanya ditanam langsung di lantai. Tapi ngga semuanya, paling sekitar 1x2 meter atau seukuran kasur tempat tidur. Sisanya yang ngga ada pemanasnya tetap dingin seperti di freezer.

Air yang saya taruh dekat pintu ngga lama langsung jadi es. Kalau cuci pakaian, sebaiknya taruh di dalam kamar yang ada pemanasnya. Pernah saya coba jemur di luar, kebetulan ada matahari. Waktu sore hari dan mau ngambil, pakaian jadi es, beku, kaku seperti papan.

Salju mencair, datanglah musim semi (sekitar bulan April), pohon yang tadinya gundul tiba-tiba keluar bunga. Bagus, seperti pohon mainan. Ngga ada daunnya , cuma ada batang, dahan, ranting dan bunga. Udaranya juga enak, sejuk. Matahari terasa hangat, ngga menyengat. Kalau ada angin tambah segar.

Memasuki bulan Juli, udara semakin panas. Waktunya makan es krim sebanyak-banyaknya. Terang lebih panjang. Biasanya sampai hampir jam 8 malam baru gelap. Kalau pagi, sekitar jam 4 lebih udah mulai terang. Kalau kerja sering ngga betah. Keringatan terus.

Bulan Nopember mulai dingin, angin kadang bertiup kencang. Daun-daun berguguran. Ohya, sebelum gugur, daunnya berubah warna. Kuning dan merah. Bagus, bisa dikumpulin daun yang bagus, dilaminating dan dijadikan pembatas buku.

Musim dingin, musim semi, musim panas dan musim gugur memang punya keindahan masing-masing. Tapi saya tetap lebih senang musim di Indonesia. Terutama musim durian, musim rambutan, musim mangga, musim duku dan semua musim buah yang ada di Indonesia. Ngga nyambung ya....

14 May 2009

Mie Dingin


Kimci adalah makanan pokok orang Korea. Setiap jenis makanan pasti ada kimci nya. Nasi pakai kimci, nasi goreng, mie, bubur, burger dan bahkan ada es krim rasa kimci. Rasanya sih biasa aja, mungkin terasa aneh di lidah orang Indonesia. Rasanya asin, kecut dan berair. Semakin lama dibiarkan, rasa dan aromanya semakin tajam. Orang Korea suka yang itu. Kalau saya sih suka yang masih baru, segar dan aromanya ngga tajam. Seperti salad.
Bahan dasar yang dipakai adalah sawi putih, tapi ada juga yang dari timun, lobak dan beberapa jenis sayuran lainnya.

Sebenarnya banyak makanan yang menarik di Korea, seperti ayam isi ginseng, ada juga jenis bakar-bakaran. Orang Korea juga suka cabe besar, warnanya hijau dan masih muda. Langsung dimakan, ngga seberapa pedas. Mie instant nya juga enak. Saya suka yang merek Nong Sim Sin Ramyon. Warna bungkusnya dominan merah. Di supermarket (Indonesia) banyak juga jual, yang asli buatan Korea, harganya sekitar 11 ribu atau lebih perbungkus. Ada juga yang buatan Cina, harganya lebih murah, cuma sekitar 6 ribuan. Rasanya cuma beda dikit. Yang asli Korea, setelah dimasak mienya lebih kenyal.

Mie instant bisa dimakan sepanjang musim, baik dingin, panas, semi atau gugur. Tapi paling enak waktu musim dingin. Mie yang baru matang dan masih mengeluarkan asap akan lebih nikmat rasanya. Kalau pernah lihat film Korea, akan kelihatan kalau mereka makannya langsung dari panci dan pakai tutup panci sebagai alasnya. Mie yang masih panas diangkat pakai sumpit, ditiup sebentar dan langsung diseruput/sedot. Lezat.

Ada lagi mie yang khusus untuk musim panas. Namanya “Naeng Myon” atau mie dingin. Sesuai dengan namanya. Mie ini kuahnya dingin. Bagi anda yang penasaran, disarankan untuk mencobanya waktu ke Korea dan waktu musim panas. Aneh juga sih, makan mie dengan kuah dingin. Ohya, pertama kali saya diajak makan mie dingin di rumah makan sempat kaget. Ngga nyangka kalau mie disajikan dalam “baskom besar.”

Mie biasanya disajikan pakai mangkok. Nah, mie dingin yang saya makan ngga bisa dibilang kalau disajikan dengan mangkok. Besarnya mungkin 3 kali mangkok biasa. Makanya saya sebut baskom. Mienya lumayan banyak. Kuahnya super banyak. Ngga heran kalau saya akhirnya nyerah dan meninggalkan baskom itu dengan sisa hampir 1/3.

Masih penasaran dan mau mencoba. Gampang sih, beli aja mie instant 3 bungkus, rebus seperti biasa. Jangan lupa siapkan “baskom”, masukkan mie yang sudah matang tadi, terus tambahkan es batu yang banyak. Selamat menikmati. Ohya, jika sakit berlanjut segera hubungi dokter. Ha ha...

World Cup 2002


Millenium (tahun 2000) ada di Taiwan, dan World Cup (tahun 2002) ada di Korea. Melihat dan merasakan secara langsung memang beda.
Banyak orang yang “gibol (gila bola)”, dan beruntunglah saya termasuk yang masih waras bola. Maksudnya cuma nonton kalau ada event besar, seperti world cup dan euro. Jagoan favorit dari sejak dulu kala tetap Jerman.

Walaupun tuan rumah world cup 2002 adalah Korsel dan Jepang, tapi yang paling menarik perhatian justru Korea (bukan karena kebetulan saya ada di sana). Jauh hari sudah terlihat demam world cup. Semua warga seakan-akan menjadi fanatik dan gibol. Apalagi waktu pertandingan sudah dimulai. Benar-benar heboh.

Bayangkan, hampir semua home industri dan pabrik kecil untuk sementara berhenti dan menonton siaran langsung pertandingan bila yang main tim Korea. Semua pekerja nonton dan mendukung, saya bahkan ikut senang dan mendukung tim korea (soalnya kalau Korea bertanding, bisa istirahat kerja). Teriakan “tae han mi gug” dan “phil seng korea“ selalu terdengar. Jalanan sepi seperti kota mati. Dan kalau sudah selesai pertandingan, apalagi kalau Korea menang. Jalanan mendadak seperti ada pesta, di dalam subway juga banyak suporter yang berkeliaran sambil berteriak.

Guus Hiddink menjadi pahlawan dan terkenal, sering muncul di tv lokal, bahkan sampai jadi bintang iklan. Begitu juga dengan para pemain. Banyak yang dieksport keluar negeri. Ada yang ke Jerman, dan yang paling beruntung adalah Park Ji Sung, bergabung dengan klub Manchester United.

Mungkin karena dukungan yang luar biasa dari warganya dan juga berkat pelatih Guus Hiddink, Korea bisa sampai perempat final. Lihat foto kota Seoul yang menjadi lautan merah gara-gara dipenuhi para pendukung tim Korea. Hebatnya semua berjalan lancar, bahkan waktu tim mereka kalah waktu melawan Jerman dan Turki, ngga ada gejolak sama sekali. Benar-benar suporter yang “baik dan benar.”
Kalau menang ketawa dan berpesta, kalau kalah sedih, menangis tapi lapang dada.
Peace.....

13 May 2009

Bus


Karena pindah kerja di daerah terpencil yang jauh dari subway, mau ngga mau harus naik bus. Naik bus memang lebih sulit menurut saya. Harus hapal nomor dan jalur perhentiannya. Saya jarang sekali naik bus kalau sendiri. Mendingan sekalian naik taksi, mahal sedikit tapi lebih nyaman. Naik bus kalau sama teman, mereka yang kasih tahu kapan naik dan turun, saya cuma ikut.

Busnya mirip dengan yang di Taiwan, berhenti cuma di halte. Beda dengan bus dan angkot di Indonesia yang bisa berhenti dimana saja. Kecepatannya juga dibatasi. Tiap kali melewati batas kecepatan, akan mengeluarkan bunyi.
Saya dan Ken pernah ketinggalan. Tadinya naik bus bertiga dengan Hin, karena penumpangnya yang banyak, akhirnya saya dan Ken terdesak sampai terpisah dari Hin. Dan ngga sadar kalau sudah sampai tempat tujuan, Hin yang turun duluan heran ngga menemukan kami. Akhirnya dia telpon ke HP saya. Langsung Ken dan saya turun di halte berikutnya. Setelah itu terpaksa jalan lumayan jauh untuk ketemu Hin.

Tapi yang paling berkesan adalah waktu musim dingin tahun 2003. Sekitar jam 5 sore baru selesai kerja, terus diajak keluar sama teman. Biar cuaca dingin, tapi kalau ngga mandi rasanya ngga nyaman. Makanya saya langsung aja mandi. Biarpun airnya sudah dihangatkan pakai pemanas, tapi masih aja terasa mengigil. Cuma saya sendiri yang mandi, lainnya cuci muka doang.

Habis mandi, ganti baju, dandan dan sisiran. Saya dan teman-teman sudah siap untuk keluar. Jalan ke depan untuk nunggu bus. Lumayan lama juga, ada sekitar 15 menit berdiri dan ngobrol. Akhirnya bus datang . Cepat-cepat naik semuanya. Sampai di dalam bus saya merasa ada yang aneh dengan kepala saya. Rasanya kok seperti ada sesuatu yang menempel. Saya langsung pegang rambut saya dan ternyata..... rambut saya yang masih basah karena mandi menjadi es. Mirip dengan es lilin, kaku dan dingin. Untunglah cuma rambut yang jadi es, mungkin kalau lebih lama lagi nunggu bus datang, bisa-bisa jadi manusia es.

Pelajaran yang didapatkan, jangan lupa mengeringkan rambut sehabis mandi kalau musim dingin. Apalagi kalau mau jalan-jalan diluar. Tapi keren juga sih, rambut jadi seperti dikasih gel. Daripada ngga mandi dan bau.

Subway


Transportasi umum di Korea Selatan memang patut diacungi jempol. Bersih, tepat waktu dan jumlahnya mencukupi untuk jumlah pemakainya. Mungkin itu yang membuat mereka senang menggunakan transportasi umum daripada membawa kendaraan sendiri. Selain irit ongkos, juga lebih efisien. Cepat dan ngga usah repot mikirin tempat parkir.

Saya lebih senang pakai subway daripada bus. Lebih nyaman dan gampang baca peta lokasinya. Tinggal beli tiket yang bisa isi ulang. Setiap kali keluar masuk stasiun cuma discan, kartu itu juga bisa digunakan untuk naik bus. Lagian di subway ramai, ada yang malah seperti mall. Banyak toko yang menjual segala macam pakaian, sepatu dan aksesoris, tas dan makanan.

Pengalaman “menyenangkan dan tak terlupakan” waktu naik subway terjadi sekitar 2 bulan setelah saya tinggal di Korea. Waktu itu visa kunjungan yang cuma 30 hari sudah habis. Praktis saya termasuk illegal worker. Bisa dideportasi kapan saja. Saya dan 2 orang teman lagi jalan-jalan dari Ui Jong Bu, rencananya mau main ke daerah O Ryu Dong dan Sindorim.

Saya dan Ken ngobrol di dekat pintu, teman yang satu lagi (Hin) adalah senior yang usianya 40 lebih. Saking asyiknya ngobrol, ngga tahu kalau ada polisi yang datang. Hin yang dari jauh melihat langsung menjauhi kami, duduk dan pura-pura tidur. Tinggal saya dan Ken bengong. Mau menghindar juga sudah telat. Akhirnya cuma bisa pasrah dan berdoa dalam hati. Terbayang sudah negara tercinta Indonesia di depan mata.

Dua orang polisi itu menanyakan passport saya dan Ken, terus mereka mengeluarkan fotocopy passport dan mencoba untuk mencocokkan dengan passport kami. Rupanya polisi itu lagi mencari tenaga kerja yang kabur. Dan beruntunglah kami karena polisi tadi ngga memperhatikan visa yang expired. Passport dikembalikan ke kami dan polisinya melanjutkan ke gerbong berikutnya. Ahhhh, lega rasanya.
Sampai di O Ryu Dong, Hin bilang sambil bercanda kalau polisinya mendekatinya kami gara-gara Ken, soalnya kulitnya hitam dan raut wajahnya jauh beda sama orang Korea.

Sejak kejadian itu, setiap kali naik bus atau subway harus selalu waspada. Ngga boleh ngumpul, paling cuma berdua. Kalau bisa penampilan disamakan dengan orang Korea. Sempat juga trauma selama satu bulan, tiap kali lihat polisi langsung takut sendiri. Pernah waktu mau belanja di supermarket, terus lihat ada polisi, saya dan Ken langsung kabur dan pulang. Hin yang lihat kami datang tanpa belanjaan jadi bingung. Akhirnya Hin temani kami berdua ke supermarket lagi untuk belanja.
Ya..... memang ngga enak jadi ilegal.

12 May 2009

Sulap


Zamannya saya masih SD (sekitar tahun 1980-an), masih banyak “Tukang Obat” yang mempertunjukkan acara silat dan sulap yang berbau magis. Namanya juga masih anak kecil, tentu senang aja disuguhi tontonan menarik seperti itu. Apalagi tahun 80-an masih jarang acara tv dan segala macam peralatan elektronik yang canggih.

Pertunjukan biasanya dilakukan oleh 3-5 orang. Mereka datangnya sore menjelang malam. Salah satu anggota akan berjalan mengelilingi kampung sambil memukul benda seperti gong kecil, tapi bahannya tipis seperti kaleng dan bunyinya cempreng. Anak-anak yang sudah hapal dengan suara tadi akan berhamburan keluar dan ikutan jalan-jalan. Sampai kira-kira sudah banyak pengikutnya, anggota tadi kembali ke tempat semula dan akan bersiap-siap untuk memulai acara.

Bukan cuma anak-anak, orang tua, kakek-nenek, dari segala macam usia dan jenis kelamin biasanya berkumpul untuk melihat pertunjukan. Penerangannya cuma dibantu lampu semprong (petromax), batas antara pemain dan penonton cuma garis putih yang dibuat dari taburan tepung kanji (saya pernah kebagian beli tepung kanji di warung, disuruh salah satu anggota). Penerangan yang minim itulah yang mendukung acara sulapnya berjalan lancar.

Acaranya yang masih saya ingat adalah sulap menghilangkan bola, trik kartu. Ada juga adegan kekerasan seperti memecahkan batu kali. Yang paling berkesan dan yang paling saya ingat adalah sulap pisau.
Kebetulan yang dijadikan “korban” adalah teman saya. Disuruh maju ke depan, lalu “suhu/master/ahli sulap” datang menghampiri. Teman saya dipersilahkan duduk di kursi kecil, suhu tadi mengeluarkan pisau silet yang masih baru. Masih dibungkus. Pelan-pelan dibuka dan dicoba untuk memotong kertas. Bahkan penonton juga disodori pisau tersebut untuk mencoba ketajamannya. Setelah dicoba dan puas, teman saya disuruh mengulurkan tangannya.

Kelihatan sekali teman saya ketakutan. Waktu dipegang tangannya oleh suhu, malah digodain. Sambil memegang dada teman saya, suhunya bilang kalau jantung teman saya berdetak kencang seperti kereta api. Akhirnya setelah membaca mantera, tangan teman saya mulai diiris dengan pisau silet tadi. Untunglah teman saya tabah, ngga histeris dan menjerit dan menangis, meskipun wajahnya pucat dan ngga ada suara sama sekali. Dan ajaibnya, ngga ada luka dan darah sama sekali.

Keesokan harinya. Saya dan beberapa teman yang penasaran datang untuk menemui teman saya. Ternyata di tangannya yang kemarin diiris timbul bekas luka. Seperti luka iris yang telah sembuh dan mengering. Aneh, kalau pisaunya tumpul harusnya ngga ada bekas luka. Tapi kalau memang luka, kenapa teman saya tidak merasa sakit dan berdarah.

Tujuan utama dari tukang sulap adalah menjual obat atau dagangannya. Mulai dari segala macam obat gosok, koyo, jimat dan bahkan ada yang jual obat pemutih gigi dan vitamin. Yang bertugas membeli adalah para orang tua, anak-anak cuma menikmati acara hiburannya. Cuma sekarang, acara hiburan (live show) seperti ini sudah langka dan nyaris punah. Gantinya ada di TV.

11 May 2009

Rainbow


Tahun 2008 lalu saya pernah pinjam dan baca komik ini. Waktu itu cuma sempat baca yang seri 1 sampai seri 5. Ceritanya memang asyik. Terus lama berhenti, sudah lupa dan ngga pinjam lagi. Sampai kira-kira sebulan yang lalu, pinjam lagi dan akhirnya memutuskan untuk membeli.

Kebetulan bulan lalu ( April 2009 ) sudah keluar sampai seri 10. Makanya langsung beli 10 buku dan mulai baca lagi dari seri 1. Ternyata memang ceritanya bagus, menarik, seru dan mengharukan. Dan kemarin ( 07 Mei 2009 ) saya beli yang seri 11.

Komik karangan Abe George dan Kakizaki Masasumi ini mendapat penghargaan sebagai pemenang Shogakukan Manga Awards ke 51. Ceritanya tentang 7 pemuda yang menghuni sel 6 gedung 2 pada tahun 1950 an. Alur cerita maju-mundur, satu persatu tokoh diceritakan. Mulai dari masa kecil dan mengapa sampai masuk penjara. Cerita terus berlanjut sampai mereka akhirnya bebas dan memulai hidup baru dalam masyarakat. Persahabatan tetap berjalan, tapi masalah masih ada.

Walau alurnya maju-mundur, tapi sama sekali ngga mengurangi ketegangan cerita. Pembaca bisa merasakan emosi yang naik turun. Ohya, selain ceritanya, gambarnya juga bagus dan besar. Ekspresi tokohnya jelas.
Komik Rainbow ini untuk konsumsi 17 tahun ke atas. Banyak adegan kekerasan dan seks. Perkelahian yang sampai berdarah-darah ditunjukkan dengan jelas lewat gambar dan cerita. Adegan seks bukan sekedar tempelan, jadi jangan berpikiran yang negatif dulu. Benar-benar mendukung jalannya cerita.

Judul tiap chapter di komik ini memakai bahasa Inggris, dan itu adalah judul lagu. Pengarangnya suka lagu rock. Memang sih kebanyakan lagu Jepang. Tapi ada juga judul lagu terkenal, seperti di seri 11 ini. Ada lagunya Mr..Big yang judulnya Going To The Wind Blow.

Anda yang sudah dewasa jangan sungkan untuk membaca komik ini, biarkan perasaan dan emosi terbawa hanyut bersama alur cerita, nikmati gambarnya. Bagi yang belum dewasa atau cuma merasa dewasa... bersabarlah. Jalan masih panjang. Lihat sisi positipnya, sambil menunggu menjadi dewasa, komik ini keluar terus kok. Mudah-mudahan aja pas anda sudah dewasa, komiknya sudah keluar dan tamat. Jadi bisa puas bacanya.

Bahasa


Biasanya kalau ke daerah yang baru, yang penting dipelajari adalah budaya dan bahasa. Kalau masalah makanan bisa gampang adaptasi. Saya sebenarnya sudah dibekali sewaktu di Indonesia. Ibarat pesilat, sudah berlatih dan diwariskan ilmu. Meski belum tamat, saya sudah keburu kabur dan turun gunung, tapi untunglah bisa bertahan hidup.

Kebetulan waktu di Jogya lumayan sering ketemu orang Korea, makan Kimci juga sudah sering. Huruf Korea juga sudah hapal (kata teman kok semuanya cuma lingkaran dan balok). Tulisan bisa baca, cuma banyak yang ngga tahu artinya. Tapi itu sudah cukup, ngga bakalan nyasar lagi kalau naik subway atau bus.

Waktu kabur dari hotel, kami semua dikumpulkan dulu di apartemen yang disewa oleh agen. Di sana tinggal sekitar 10 orang. Ditambah 20 orang kelompok kami langsung penuh. Tapi cuma sementara, soalnya ngga lama kemudian langsung didistribusikan untuk kerja di tempat-tempat yang ada lowongannya. Banyak yang langsung kerja, paling sisa sekitar 5 orang yang nunggu giliran kerja, karena masih bingung mau milih yang mana.

Karena ada yang sudah tinggal lama di Korea, maka bahasa Koreanya juga sudah lumaya. Sebagai pendatang baru, kami ditraining dan diajari bahasa Korea ala kadarnya. Lucu juga sih, apalagi waktu diajari ngomong “100 won” dalam bahasa Korea. Yang benar itu “baek won/ bek won”, tapi waktu sampai ke telinga pendatang baru berubah menjadi “bey gon”. Dan senior yang ngajar lebih ekstrim lagi, katanya ingat aja 'baygon.”

Pernah satu kali, waktu saya sudah sekitar 1 tahun di Korea, terus lihat ada toko yang jual ice cream tart (saya maniak ice cream). Akhirnya saya tertarik dan masuk untuk beli (padahal waktu itu masih dingin, salju baru aja mencair). Setelah milih ice cream tart dan bayar, saya ditanya sama penjualnya (pakai bahasa Korea),....... myot ke?”
Saya ngga memperhatikan kalimat depannya, cuma nangkap kata terakhir (myot ke) yang artinya berapa buah/biji. Saya pikir dia nanya ke saya perlu sendok berapa biji. Akhirnya saya jawab aja,”tu ge” ( dua biji). Penjualnya menatap saya sebentar, terus memasukkan lilin sebanyak 2 biji.

Ternyata, yang dia tanyakan adalah perlu lilin berapa biji. Mungkin karena ice cream tart itu dikira untuk yang ulang tahun. Dalam hati yang jual pasti bingung, kok cuma 2 biji lilinnya. Masa yang ulang tahun umurnya 2 tahun. tapi baru 2 tahun kok dibelikan es krim. Lagian cuaca masih dingin. Pasti ada yang ngga beres dengan pembeli ini.

Saya cuek aja, begitu dapat barangnya langsung pulang dan makan. Teman sekamar saya tawarin, tapi makannya cuma sepotong kecil. ¾ es krim itu saya habiskan. Sisa ¼ buat besok. Puas... akhirnya bisa makan es dalam jumlah banyak.

07 May 2009

Everland


Hari ke 2 di Korea diajak jalan-jalan ke Everland. Seperti Taman Impian Jaya Ancol di Jakarta. Enak juga sih, masih bisa lihat salju. Meskipun tinggal sisanya sedikit (lebih mirip orang buang es serut, cuma jumlahnya banyak).

Sempat coba beberapa permainan, seperti naik perahu (mirip arung jeram). Yang paling seru waktu naik roller coaster. Ngga seberapa menegangkan sih kalau menurut saya. Cuma asyik lihat teman-teman menjerit dan ketakutan. Malah ada satu orang (yang membawa kami kerja di Korea) sampai menjerit terus ngga berhenti, wajahnya pucat seperti orang shock. Waktu sudah selesai dan turun, dia bilang,”lebih baik saya dipukul dan dikeroyok orang banyak, daripada disuruh naik ini lagi.” Teman-teman yang dengar semuanya ketawa. Padahal badannya besar seperti bodyguard.
Sebenarnya lumayan asyik juga naik roller coaster, saya naik 2 kali. Tapi masih lebih seru waktu dulu naik Tornado di Taiwan. Di bawa naik tinggi dan diputar-putar, dibolak-balik, diaduk-aduk seperti buat telor dadar. Naik 2 kali langsung kepala pusing.

Sorenya diajak jalan-jalan keliling kota dan makan. Setelah itu nginap di hotel yang ada di gunung. Katanya sih dekat dengan perkampungan kuno. Tapi saya lupa namanya. Ngga ada kegiatan apa-apa malam harinya. Cuma main game di lobby dan nonton tv di kamar.

Hari ke 3 diajak jalan-jalan naik perahu, keliling sungai, lihat gunung. Banyak yang ngga tertarik, soalnya cuma ada air sungai yang warnanya seperti coklat susu, dipinggirnya dihiasi tebing warna serupa plus sedikit warna hijau. Yang agak menarik justru waktu ke kamar kecil. Seperti WC jaman dulu, cuma ruang dari papan, bawahnya bolong dan kotorannya langsung jatuh. Jadi bisa kelihatan semuanya. Cuma numpang pipis aja disana.

Sekitar jam 1 siang acara selesai dan kembali ke hotel, tapi bukan yang di gunung. Kali ini di daerah kota. Waktu malam datang teman-teman dari Indonesia yang sudah lama kerja di Korea. Kami semua diajak kabur dari hotel. Ya... berakhirlah masa liburan di Korea. Dan saatnya untuk mulai bekerja.

Imigrasi Korea


Dari Thailand masih siang, sampai di Korea sudah sore, sekitar jam 5 sore waktu Korea. Waktu itu bulan Pebruari, udara masih dingin. Salju baru saja mencair. Sebelum turun dari pesawat, semua anggota tour giliran masuk toilet, disuruh dandan yang rapi dan wangi. Supaya kelihatan seperti turis.

Waktu turun dan mau melewati petugas imigrasi Korea, beberapa orang teman dicegat dan ditahan. Saya dan teman lainnya sebenarnya sudah lolos, berhubung merasa senasib sepenanggungan. Kami semua bersama tour guide menyusul teman yang ditahan di kantor imigrasi. Sampai di sana, dikumpulin di satu ruangan. Semua passport diambil, dompet juga diperiksa, uang, atm, kartu kredit.

Dari sekitar 20 orang, ada 6 orang yang dicurigai dan ditolak. Tour guide kami ngotot, bilang kalau kami satu kelompok dan datang untuk tour. Kalau 6 orang ditolak, mendingan semuanya ngga usah masuk Korea. Kebetulan tahun 2002 itu dicanangkan menjadi visit Korea year, menjelang piala dunia. Akhirnya setelah hampir satu jam ditahan di kantor imigrasi, kami semua dibebaskan dan diijinkan masuk Korea. Passport distempel untuk kunjungan selama 30 hari.

Di depan bandara, bus beserta tour guide orang Korea sudah menunggu. Senang rasanya semuanya sukses dan selamat sampai korea. Ngga ada yang dideportasi. Udara di luar lumayan dingin, sekitar 10 derajat celcius. Sebelum ke Hotel, mampir dulu dan makan ayam isi ginseng di salah satu rumah makan. Rasanya sih standar aja, cuma mungkin karena di luar dingin dan baru aja dikagetin di kantor imigrasi, makanya semua makan dengan lahap.
Sampai hotel, semua sibuk beli kartu telpon. Kabari keluarga di Indonesia kalau sudah sukses sampai Korea. Setelah itu baru bisa tidur dengan tenang. Esok kan tiba, waktunya tour keliling Korea.

04 May 2009

Thailand


Ternyata saya kembali lagi ke Taiwan, tepatnya di bandara udara Ciang Kai Sek, Taipei. He he.. meskipun cuma sekedar transit, tapi khan tetap ada di Taiwan. Kangen juga sih. Sempat kepikiran untuk nelpon teman-teman yang ada disana. Di dompet saya masih ada 2 lembar uang kertas pecahan 100 NT. Cuma ngga ketemu yang jual kartu telpon. Lagian cuma bentar transitnya.

Bandara udara Thailand ternyata besar juga. Ngga ada masalah apa-apa disana. Lancar. Di Bangkok ada guide yang bisa bahasa Indonesia. Orangnya lumayan kocak, nyambung kalau ngomong. Setelah istirahat bentar di hotel, langsung diajak city tour. Kunjungan ke tempat ibadah orang Thailand. Di sana banyak teman satu tour yang sembahyang (minta supaya lancar nantinya waktu ke Korea). Setelah itu naik Bus keluar kota, lihat peternakan buaya. Disana ada jual daging buaya, sate buaya lumayan enak. Harganya juga ngga mahal. Kalau saya yang jual, mungkin akan saya buatkan slogan seperti ini...”Makanlah buaya, sebelum anda yang dimakan.”

Malamnya mampir sebentar di supermarket, beli snack dan minuman. Habis itu acara bebas. Yang capek dan ngga mau ikut boleh istirahat di hotel. Sisanya hampir separuh cowok yang masih muda dan ganteng (salah satunya sudah pasti saya) diajak lihat Bangkok di malam hari. Ada Kabaret Show, pemainnya semua banci. Panggungnya “wow”,cerita, kostum dan tata cahaya juga ok. Setelah acara selesai. Kami diajak tour guide ke belakang panggung. Ketemu dengan salah satu primadona panggung. Wajahnya cantik, tinggi, kurus, langsing. Benar-benar ngga bisa dibedakan dengan wanita asli. Setiap orang berebut foto dengannya. Saya juga akhirnya dapat foto bareng. Ngga gratis, harus bayar sekitar 100 bath sekali foto.

Pagi, hari kedua diajak ke pantai Pattaya. Naik speed boat, sampai di tengah laut ada panggung (seperti jermal). Di sana main Parasailing. Tadinya saya kira seru dan menegangkan, ternyata biasa aja. Seperti main layangan, tapi kita yang jadi layangannya.

Setelah itu main sebentar di pantai. Bagus dan bersih. Tapi ngga mandi disana. Cuma jalan-jalan.
Dari pantai, diajak nonton pertunjukan gajah. Hebat juga lihat orang naik gajah dan main bola. Juga ada balapan babi, lucu. Pertunjukan pawang buaya dan semacam tari perang orang Thailand.
Dua hari rasanya cepat berlalu di Thailand. Ngga terasa sudah harus siap-siap lagi. Kali ini memasuki negara ginseng, Korea. Tujuan utama dari tour ini.