27 February 2009

Bola Top



Tingkat kesulitan : Mudah.
Jumlah pemain : 5 – 10 orang.
Peralatan : Bola plastik yang dimodifikasi dan tongkat kayu dari ranting pohon.

Gabungan antara Golf dan Baseball, mainnya bisa di lapangan atau di jalan depan rumah yang sepi. Bola plastik dimodifikasi dengan cara memasukkan potongan kecil kawat, supaya bolanya agak berat dan gampang dilempar dan dipukul.

Masing-masing pemain memegang tongkat kayu. Bola plastik dilempar ke atas terus dipukul pakai tongkat. Kalau kena bagian tubuh, maka orang itu kalah dan dia harus mengambil bola dan melempar ke orang lain. Sementara yang dilempar harus menghindar atau memukul bola tadi supaya tidak menyentuh tubuhnya.
Biasanya tempat bermainnya dibatasi supaya tidak terlalu jauh.

Ada cerita kuno dari Tiongkok yang menarik.
Waktu itu perang antara Manchuria dengan Cina. Jenderal Cina membelot ke Manchuria, namanya Chen Kuo Fan. Suatu saat diperintahkan untuk menyerang Nan King (daerah di Cina). Tapi setelah beberapa kali diserang oleh jenderal Chen Kuo Fan, daerah Nan King masih belum bisa direbut. Akhirnya Jenderal Chen Kuo Fan menulis surat ke raja Manchuria. Raja Manchuria terkenal kejam dan tidak segan untuk membunuh jika bawahannya melakukan kesalahan. Dalam suratnya jenderal menceritakan kalau dia kalah dan berperang lagi. Walaupun kalah, terus berperang lagi. Kalah dan berperang lagi.

Raja tidak menghukumnya, malah memberi kenaikan pangkat kepada Jenderal itu.
Bayangkan kalau waktu itu suratnya ditulis seperti ini. Raja, saya sudah berperang tapi kalah. Perang lagi lalu kalah, perang lalu kalah lagi. Perang-kalah. Perang – kalah.

Beli Buku


Beberapa hari belakangan ini ide untuk nulis lagi buntu. Ngga buntu total sih, cuma yang bagian cerita “malu dan jadul” (masa lalu dan game jaman dulu) lagi macet.

Pulang kerja sudah hampir jam 7 malam, langsung mampir sebentar di depot makan sandwich satu potong plus 3 batang cheese stick. Super cepat makannya, ngga sampai 5 menit sudah selesai. Habis itu langsung berangkat ke toko buku ambil pesanan yang telah dipilih. Total ada sekitar 25 novel dan 4 komik, harganya Rp.287.000,-(lagi sale).
Dari toko buku, mampir ke persewaan buku buat kembalikan dan sewa lagi.
Pulang ke rumah setelah mandi langsung beresin buku.

Jam 9 malam mulai catat judul komik dan pengarangnya, baru tercatat sekitar 60 judul (khusus serial). Ada yang sudah lengkap dan tamat, sebagian masih belum tamat dan belum lengkap. Jam 23.30 juga belum selesai, tapi saya tinggalin. Masih banyak komik lepasan seperti serial misteri dan lainnya yang belum sempat dicatat.
Itu masih komik, belum bagian novel.... Wah, mungkin butuh beberapa hari untuk selesaikan semuanya.

Sudah lama mau beresin koleksi buku, mau dicatat semua judul bukunya terus ditata rapi di rak. 2 minggu yang lalu beli rak buku dan sekarang sudah hampir penuh.
Maunya sih punya ruang khusus untuk taruh koleksi buku, ditata rapi. Terus ada kursi baca, bisa duduk santai baca plus alunan musik yang sayup-sayup. Rasanya betah seharian disana. Ya, cukup seharian aja, kalau sampai semingguan bisa jamuran.
Anyway, katanya hobby bisa mendatangkan uang. Atau malah uang yang mendatangkan hobby. Apapun itu, Just Do It dan Enjoy aja.........

25 February 2009

CIKAMPEK


Dari pelabuhan Merak, naik bus jurusan Cikampek (lewat tol makanya ngga bisa langsung turun di Karawang). Dari Cikampek naik angkutan kota yang jurusan Karawang.

Rumah merangkap pabrik milik Cek Kong di pinggir jalan raya. Jadi begitu turun dari angkot (angkutan kota) sudah langsung sampai.
Setelah beres-beres bawaan terus ngobrol dan basa-basi. Waktu itu di TV lagi menayangkan serial
A-Team di RCTI. Dalam hati saya berkata,” Enak nih, bisa nonton TV. Acaranya OK lagi.” Tapi ternyata itu semua cuma mimpi.

Pabrik minuman (orson) milik Cek Kong diberi nama Super Limun Bandung. Produksi minuman murah (orson) dan sirup. Tiap hari bangun pagi jam 06.00 WIB ngawasin karyawan yang jumlahnya sekitar 50 orang. Sampai jam 17.00 WIB. Kalau musim panas dan ramai biasanya lembur sampai jam 19.00 WIB setiap hari dari senin sampai minggu. Setelah semua karyawan pulang masih harus mengisi drum dan bak air buat dipakai lagi besok.

Papa cuma beberapa hari disana, setelah itu langsung balik lagi ke LP meninggalkan daku seorang diri. Rasanya mau nangis waktu hari pertama ditinggal papa pulang. Sendirian di kamar, mau tidur ngga bisa. Akhirnya keluar dan ketemu Cek Kong dan ditanyain.”Kenapa belum tidur?”. Saya bilang “belum ngantuk.” Khan malu kalau sampai ketahuan ngga bisa tidur gara-gara ditinggal papa.
Baru beberapa hari di Karawang, saya udah mulai jalan-jalan. Pinjam sepeda sama karyawan di sana, pilih sepedanya yang paling ok. Pernah beberapa kali ikut mobil ngirim orson ke kampung-kampung, tapi akhirnya dilarang sama Cek Kong.

Akhirnya jadi juga kuliah, tapi bukan jadi petani (gara-gara peminatnya kurang). Malah jadi pengusaha (he he...). Ambil jurusan Ekonomi Manajemen di UNSIKA.
Di kampus ketemu dengan teman, kerjanya di Cikampek dan tinggal di kawasan industri PT. Pupuk Kujang Cikampek. Beberapa kali nginap ditempatnya. Bahkan setelah lulus dan saya udah kerja di Jakarta masih sempat ketemu. Trus pernah tidur di stasiun kereta api Cikampek, gara-gara nonton midnight dan pagi-pagi harus kembali lagi ke Jakarta (kerja). Memang ngga enak tidur di stasiun, kursinya ngga empuk. Akhirnya malah bergadang mukulin nyamuk sambil nunggu pagi dan kereta apinya datang.

Sering nonton di Cikampek, pura-pura berangkat kuliah, tapi kabur ke bioskop. Kalau malam tahun baru biasanya diputar 2 film sekaligus. Nonton sampai jam 2 dini hari baru pulang. Pernah satu kali pulang dini hari dan ngga ada ojek. Akhirnya jalan kaki pulang ke komplek Pupuk Kujang. Capek plus ngantuk..

23 February 2009

BADO



Darimana datangnya lintah,
Dari sawah turun ke kali,
Darimana datangnya ikan,
Dari Langit masuk ke kolam.
Kalau hujan deras, biasanya jalanan sekitar rumah banjir sampai semata kaki. Anehnya setelah diperhatikan dan diamati, ternyata ada ikan yang berenang di sana. Bukan cuma sekali dua kali, tapi selalu. Pokoknya kalau hujan deras, pasti ada ikan.
Saya yang waktu itu masih imut, dengan polosnya berpikir. “ wah, ikannya turun dari langit.”
Untunglah pemikiran seperti itu ngga sampai ke forum diskusi, atau masuk koran. Untunglah saya cepat sadar kalau itu salah.

Setelah melalui penyeledikan, ternyata ikan-ikan itu berasal dari kolam pembuangan yang ada di belakang rumah.
Dulu, air pembuangan dialirkan ke kolam kecil di belakang rumah. Biasanya di kolam itu sekalian dimasukkan ikan seperti sepat dan bado (gabus). Nah, kalau hujan deras ikannya akan kabur dan berenang riang menyusuri jalan-jalan di sekitar rumah. Akhirnya terpecahkanlah teka-teki ini.
Suatu hari yang cerah, berdua dengan teman bermaksud nguras kolam itu. Istilahnya “bendung”, jadi aliran air masuk dan keluar ditutupi, lalu dibuang airnya sampai habis dan akan kelihatan ikan-ikan yang tertinggal di dalamnya, lalu diambili.

Waktu airnya sudah habis, ada benda seperti kayu yang seukuran lengan orang dewasa. Saya minta teman saya ambil dan buang karena posisinya dekat. Sewaktu mau diambil, tiba-tiba benda tersebut bergerak, menggelepar dan membuat percikan lumpur kemana-mana. Wajah teman saya ngga karuan kena lumpur tadi. Ternyata yang dikira kayu itu adalah bado (ikan gabus). Saya sebenarnya sudah tahu kalau itu bado, khan saya yang piara. Cuma lagi iseng aja, mau ngerjain teman. he he...

“Bendung” itu memang asyik, biasanya kalau pulang sekolah rame-rame kumpul dengan teman. Cukup 3-5 orang, terus cari kali atau kolam yang kira-kira banyak ikannya (dengan mengamati permukaaan kolam, kalau banyak ikan biasanya akan kelihatan sewaktu ikannya naik ke permukaan untuk bernafas). Perlengkapannya cukup ember atau kaleng bekas.

Rasanya puas sekali kalau airnya mulai surut dan ikan-ikannya mulai kelihatan dan menunggu untuk ditangkap. Macam-macam ikannya, yang paling sering seperti ikan sepat, sepat siam, betek/betok, bado, belut, dan kadang-kadang ular. Khusus yang terakhir biasanya dibuang.
Ikannya dikumpulin, bawa pulang dan dibersihkan. Terus patungan beli minyak goreng atau langsung dibakar. Malam harinya makan sambil ngobrol... NIKMAT
.

19 February 2009

BOPALA


IMLEK, hari besar yang ditunggu-tunggu. Saatnya berkumpul dan makan-makan dengan keluarga. Baju,celana sampai sepatu semuanya baru. Dan yang paling penting adalah Angpau. Amplop merah yang dalamnya berisi uang.
Tahun 1980-an, waktu masih SD dan SMP. Zaman mash belum ada DS,PSP,Wii, X BOX, TV pun chanelnya masih terbatas. Ada sih yang pasang parabola dan VCD. Tapi waktu itu anak-anaknya lebih sering aktivitas outdoor daripada diam di kamar.

Nah, kalau Imlek anak-anak khan udah punya duit dari Angpau. Biasanya dibelikan mainan atau dipakai buat bayar Becak.
Becak di Sumatera beda dengan yang di pulau Jawa. Supirnya di samping.
Satu becak bisa dimuati 5-8 orang anak. Masing-masing anak harus bayar sesuai dengan jauh dan lamanya perjalanan.

Namanya juga anak kampung, kendaraanya becak, tujuan wisatanya juga ngga keren ( biasanya cuma jalan-jalan keliling kota, mandi di sungai dan ke perkebunan karet).
Jaraknya dari rumah ke perkebunan karet mungkin sekitar 4-5 km. Naik becak rame-rame kesana. Sampai disana semuanya berpencar mencari biji karet (di sebut juga Bopala), dikumpulkan dalam kantong plastik. Kadang ada juga anak kampung disana yang menawarkan, mereka sudah mengumpulkan dan kalau mau tinggal tawar harga dan bayar.

Bopala sering dijadikan mainan, dijadikan taruhan (taruhannya sejumlah bopala, bukan taruhan uang). Caranya masing-masing memilih satu biji yang dianggap paling bagus, terus diadu. Ditumpuk dua dan dipukul, yang pecah berarti kalah. Ada satu jenis bopala yang keras, warnanya bukan coklat seperti biji karet yang biasa, tapi cenderung putih susu atau ada juga yang warnanya cenderung merah. Juga ukurannya agak besar dikit. Dinamakan Parajot (namanya aneh-aneh ya...).

Ada permainan versi brutal menggunakan bopala, ngga tau siapa dalangnya.
Biasanya anak-anak yang naik becak cari bopala bisa sampai 5 becak atau lebih. Bopala yang dikumpulkan itu dijadikan senjata, kalau kebetulan ketemu dengan becak lain yang isinya anak-anak langsung diserang, dilempar dengan bopala tadi. Yang diserang biasanya juga ngga tinggal diam, melempar balik. Jadilah perang-perangan, saling lempar. Apalagi kalau ada lebih dari 2 becak yang ketemu di jalan. Wah, lebih brutal lagi...
Kasihan abang becaknya, sering ikut jadi korban. Kadang abang becaknya juga ikut melempar, mungkin emosi ditimpuk sama anak-anak. Permainan ini meski kelihatan brutal tapi berlangsung fair, tidak ada saling mendendam. Kalau udah selesai langsung baikan dan kalau ada becak yang ngga punya bopala (biasanya yang baru mau ke perkebunan karet, jadi belum dapat bopala) ngga boleh diserang.
Sekarang, permaianan ini udah jarang sekali, mungkin sudah punah.

17 February 2009

KARAWANG


Sebenarnya ngga ada bayangan sama sekali kalau suatu saat akan lepas dari LP.
Waktu SMP, habis libur panjang. Teman-teman pada berlomba cerita tentang liburannya. Ada yang cerita pergi ke Jakarta. Dengar cerita itu, saya sama sekali ngga merasa iri dan bahkan cenderung tidak tertarik dan menganggap biasa. Saya kok yakin kalau suatu saat saya juga akan kesana (kok pede banget ya.....)
Padahal sih, melihat kondisi, situasi saat itu harusnya saya tahu diri. Kemungkinan untuk keluar dari LP bakalan sulit sekali.


Memang kalau dipikir dengan logika bakalan pusing dan ngga masuk akal ( makanya saya ngga suka banyak pikir).
Sebelum acara kelulusan, saya dan beberapa siswa dan siswi yang berprestasi (he he...ngga nyangka khan kalau saya termasuk jajaran siswa elite yang berprestasi) dipanggil dan ditawarkan untuk melanjutkan kuliah di USU ( Universitas Sumatera Utara ).
Saya ngga tertarik, soalnya udah ada niat bareng teman ( An ) untuk melanjutkan di UMI ( Universitas Methodist Indonesia).

Daftar di UMI, An jurusan Sastra Inggris, dan saya jadi petani ( jurusan pertanian ).
Dari dulu saya senang kalau liat acara di TVRI yang menyiarkan acara tentang pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, perhutanan dan lain sebagainya yang sejenis,sebangsa dan setanah air.

Beberapa hari kemudian tante (saudaranya papa) telpon ke rumah, bilang kalau anaknya yang cowok (kebetulan namanya juga An) kuliah dan tinggal di Karawang bareng Cek Kong (saudaranya Engkong/kakek). Di sana sekalian bantu Cek Kong yang buka usaha minuman. Jadi selain kuliah, bisa praktek kerja langsung di sana.
Mama pikir bagus juga, khan bisa hemat biaya makan dan kost. Makanya, mama langsung coba telpon ke Karawang dan ngobrol ama Cek Kong. Trus disetujui dan mulailah persiapan pengiriman.

Berangkat ke Karawang bareng ayah tercinta, dengan kendaraan berat.. Ya, berat dan besar.
Naik Truk yang angkut jeruk manis untuk di kirim ke Jakarta. Yang punya truk itu mantan bosnya papa.
Jadi dikasih harga dan disediakan tempat khusus buat kami berdua.
Itulah perjalanan perdana, meninggalkan pulau Sumatera.....

Lama perjalanan 3 hari 2 malam ( LP s/d Jakarta ). Kalau kepanasan, tinggal buka jendela dan biarkan angin mengalir masuk. Mau angin sepoi-sepoi bukalah jendela dikit aja, terus bukalah jendela agak lebar kalau mau angin yang berhembus kuat. Dan kalau kedinginan di malam hari, tinggal buka sumbat lubang yang ada di bawah dan panas dari mesin akan naik dan menghangatkan ruangan dalam truk.
Singkat cerita, kami berdua diturunkan dan ditinggalkan di pelabuhan Merak. Dipersilahkan untuk mencari sendiri kendaraan berikutnya yang bisa membawa kami ke Karawang.

16 February 2009

BUKIT TINGGI


Selama di Padang, tinggalnya bareng Om nya Min. Di sana ada adik cowok Min, namanya “Sen”.
Suatu hari, saya dan Min diajak ke Bukit Tinggi oleh Sen. Berempat ke sana, plus temannya Sen (sebut saja namanya “A”).


Waktu nunggu bus,
Min : (sambil merokok, lalu menyodorkan bungkus rokoknya ke A) “ Mau?'.
A : (melirik sekilas, terus menjawab) “Ngga! Beko.”
Min : (diam sebentar, terus nanya ke Sen) “ Beko itu rokok apa? Enak nnga?”.
Sen : (bingung, terus sambil tersenyum menjawab) “ Beko itu bukan merk rokok. Tapi artinya “nanti or ntar aja”.
Min : “Ohhhh...”

Cuma 2 jam perjalanan antara Padang dan Bukit Tinggi ( naik bus ). Tapi jalannya cukup menegangkan, naik-turun dan melingkar-lingkar seperti ular lagi sakit perut.
Sekarang Min udah terlatih, 2 jam diobok-obok dalam bus tidak menggoyahkan pertahanannya. Sukses berangkat dan pulang dengan selamat, tanpa meninggalkan setitik nodapun di dalam bus.

Cuaca mendung dan gerimis, tapi ngga menyurutkan niat jalan-jalan kami. Sambil kehujanan, acara tetap jalan terus, mulai dari kebun binatang, goa Jepang, sampai jam Gadang(besar).
Pulangnya sudah sore, mampir makan dulu. Menunya nasi goreng yang anehnya ngga pakai kecap manis, tapi saos cabe. Jadi warnanya bukan coklat, tapi merah.

Hampir 10 hari di Padang, sempat juga ke pantai dan liat Teluk Bayur yang terkenal itu. Padang memang bersih, pemandangannya juga bagus. Mungkin suatu saat akan kembali lagi, tapi kemungkinan besar ngga naik bus lagi.

PADANG


PADANG

Waktu itu masih liburan kenaikan kelas, makanya waktu diajak Min, saya OK aja.

Rencananya naik bus, banyak bus jurusan Padang disana. Kebetulan rumahnya Min dekat jalan Raya dan kenal dengan yang jual tiket. Jadi setelah beli tiket, kami nunggunya di rumah. Kalau busnya sudah datang nanti dipanggil.
Berangkat dari Perbaungan sekitar jam 13.00 WIB. Dapat tempat duduk di tengah, duduknya bersebelahan. Sebelum naik bus dan sampai udah sekitar 2 jam di bus, Min selalu nanya kondisi saya.
Min : “Lu ngga apa-apa naik bus?'
Me : “ Ngga apa-apa.”
Min : “ Jauh Lho, jalannya berkelok-kelok.” Tahan ngga?”
Me : “ Ya.... semoga aja.”

Jarak dari Medan ke Padang sekitar 819 km, jalannya juga penuh tikungan dan belokan (jalan gunung). Wajar aja Min khawatir, dan saya sendiri sih cuek aja. Kondisi waktu itu khan masih fit, jadi ya ngga masalah. Maju terus pantang mundur.
Saya bawa kakek buyutnya MP3 (walkman), terus kasetnya album Aaron Kwok. Ngga hapal berapa kali Aaron nyanyi dan ngulang terus lagunya yang itu-itu terus.

Waktu di Padang Sidempuan ( udah setengah jalan ), Min mulai menunjukkan gejala aneh, sering menggosokkan minyak angin ke DHT ( daerah Dada, Hidung dan Tenggorokan ). Saya bangun dan memperhatikan. Singkat cerita, pertahanan Min jebol, makan malam enak yang baru beberapa puluh menit yang lalu dinikmati semuanya tumpah. Min sempat beberapa kali muntah, ada yang sempat diselamatkan, masuk dalam kantong kresek. Sebagian besar lolos dan menghiasi lantai dibawah kursi dan sekitarnya. Lalu ditutupi pakai saputangannya.

Pagi hari, jam 09.00 WIB memasuki kota Padang. Rasanya lega sekali, pemandangannya bagus sekali, rasa lelah, capek, pusing dan mual sempat terlupakan. Sebelum turun dari bus, sempat-sempatnya Min mengambil saputangannya. “ Sayang, masih baru.” begitu komentarnya. Lalu dengan cueknya memasukkan saputangan yang berlepotan dengan berbagai macam hidangan makan malamnya kedalam kantong kresek.

Km.5


Km.5

Biasanya sih disebut “Go Lo” atau Km. 5.
Ada teman baru di sana waktu SMA, sebut aja namanya Jen. Sama- sama suka baca.
Suatu hari, saya ke rumahnya bareng Chai ( teman seperjuangan, yang namanya bakalan banyak muncul di blog ini ).

Dari rumah saya ke tempat Jen lumayan jauh, mungkin sekitar 10 km. Berangkatnya naik angkutan umum.
Di sana main dan ngobrol, sekalian pinjam buku bacaan. Pulangnya... JALAN KAKI.
Awalnya sih cuma iseng aja, setiap angkutan yang lewat langsung dicuekin aja. Jalan sambil ngobrol, tahu-tahu udah jauh, tahu-tahu udah tanggung. Ya, akhirnya smpai rumah. Meskipun makan waktu sekitar 2 jam.

Main di tempat Jen sempat beberapa kali, bahkan kadang nginap disana.
Pernah satu kali, Saya dan Chai main disana. Terus keasyikan main sampai lupa waktu. Udah sore dan biasanya angkutan umum udah jarang. Saya memutuskan untuk nginap aja di sana. Mama saya udah hapal, kalau saya main ke rumah teman terus lewat dari jam 6 sore belum pulang rumah berarti nginap disana. ( Maklum “jadul” belum ada HP, jadi ngga bisa kirim sms atau email. )

Di rumah Jen buat acara bakar ikan, terus mamanya Jen beli daging ular, enak lho...
Awalnya sih asyik aja, main dan makan. Tapi sekitar jam 7 malam lebih, saudaranya Chai datang bawa mobil. Ternyata.... Chai dicari sama pho-pho ( omanya ), dikira hilang. Ya, akhirnya Chai dengan sukses diangkut pulang. meninggalkan daku seorang diri...

Itulah awal-awal petualangan, pokonya kalau ada teman baru, pasti main ke rumahnya dan biasanya nginap disana. Memang sih cuma dekat aja. Paling kalau naik kendaraan umum cuma sekitar 30 menit.
Hobby ini terus berlanjut, sampai akhirnya SMA, saya diajak “Min” teman yang di Perbaungan. Dia punya Om di Padang ( Sumatera Barat ), saya diajak ke sana
.

14 February 2009

L P


Kata orang, nulis itu gampang.
Ada juga sih yang anggap kalau lebih gampang ngomong.
Memang betul dua-duannya, ngomong gampang, nulis ya gampang... Susahnya merangkai kata-kata menjadi percakapan atau cerita yang menarik.


Tapi, itu ngga usah dibahas. Saya sih maunya cuma nulis, mau cerita, biar nanti kalau sudah tua bisa diwariskan ke anak cucu. Sebenarnya sih anak cucu ngga mengharapkan bakal dapat warisan seperti ini. Zaman sekarang ini mungkin anak-anak lebih senang kalau diwariskan harta dan kekayaan. Tapi, siapa tahu nanti berubah, Anak-anak ngga lagi senang kalau cuma diwariskan harta, kekayaan, tapi harus ditambah dengan warisan cerita. Biar Jelas asal-usulnya, biar bisa jadi omongan.
Ngga perlu jadi orang terkenal biar bisa dibukukan ceritanya. Cukup nulis aja di blog.
Puji Tuhan kalau nanti ada yang tertarik dan mau menerbitkannya. Khan lumayan, bisa jadi terkenal dan banyak uang, he he..

Tanggal 29 April muncul di dunia ini, Anak kedua dari 4 bersaudara. Yang paling besar cowok, terus saya, adik cowok dan terakhir adik cewek.
Lahir di LP... Bukan Lembaga Permasyarakatan, tapi LUBUK PAKAM.
Kota kecil nan indah ( he he... ) sekitar 30 km dari Medan, Sumatera Utara.
Karena kecilll dan indah itu, makanya kalau nyari di peta harus hati-hati, pakai mikroskop biar kelihatan jelas. Kalau pakai GPS mungkin ngga akan nemu.
Kalau orang tanya saya asalnya darimana, biasa saya jawab Medan. Meskipun orang Medan sering di Cap jelek. Tapi biarlah, khan ada pepatah yang mengatakan “ Lebih baik jelek di Cap jelek tapi eksis, daripada udah jelek tapi ngga ada di peta.”

Masa kecil dihabiskan di LP ( sekali lagi.... LP itu LUBUK PAKAM ).
Dari TK sampai SMA di sana, sekolah di PKMI ( Perguruan Kristen Methodist Indonesia ), yang sampai sekarang masih berdiri dan sebagai sekolah terbaik di LP.
Dari rumah ke sekolah dekat, paling sekitar 200 meter ( itu juga kalau saya ngga salah itung lho ). Makanya kalau ke sekolah itu cukup jalan kaki. Selain sehat, juga irit. Lagian lho kalau mau pakai mobil juga belum cukup umur, parkirnya susah dan yang terutama... belum punya mobil. Pakai sepeda motor atau sepeda angin juga repot, terlalu dekat. Ngga efisien.

Sejak SD, sudah keliatan kalau hobbynya minggat.
Saya sering nginap di rumah Pho-Pho ( sebutan lain untuk Oma, Emak, Nenek ). Walaupun jarak rumahnya dekat. Paling sekitar 100 meter dari rumah.
Hobby itu terus berkembang, semakin lama semakin merambah dan meluas... Kalau dulunya cuma dalam radius 100 meter, lama-lama berkembang.
SMP sampai SMA banyak kenal dengan teman baru. Beberapa kali nginap di rumah mereka. Ada yang di Perbaungan, Pantai Cermin, Pantai Labu, Pasar Sore, Bok Serong.

13 February 2009

Welcome to My World !



Aku suka ikan. Maksudnya ikan hidup bukan ikan goreng. Dari kecil, waktu masih tinggal ama ortu di Pakam, aku sudah suka memelihara ikan. Saking sukanya, bahkan dilantai 3 rumahku, dibuatkan kolam khusus untuk memelihara ikan hias. Nanti aku akan bercerita lebih banyak lagi tentang ikan, okay. Sekarang ini walau aku sudah sibuk dan banyak job, hobbyku tentang ikan in masih berlanjut. Memang sudah tidak menjadi prioritas lagi, tapi sometimes aku masih suka jalan jalan ke pasar ikan, buat browsing ikan. Dan bisanya aku bawa pulang beberapa ikan koki yang kesepian. He he... dan memohon padaku untuk dijadikan piaraanku. YA udah deh, aku bawa pulang ikan ikan tersebut. Nanti diposting posting berikutnya, aku kasih lihat kolam ikan di depan rumahku.