19 March 2009

Musang vs Tupai


Sekarang ini sudah jarang ketemu musang. Dulu memang masih banyak, tapi saya sendiri belum pernah menembak musang. Yang nembak biasanya dari golongan senior. Dagingnya paling enak kalau dibakar. Aroma bau pandan akan keluar kalau dagingnya sudah mau matang. Rasanya enak dan wangi.

Kalau Tupai pernah beberapa kali berburu, waktu itu sudah SMA. Sudah punya senapan angin sendiri. Merk Benjamin Franklin, bekas. Harganya Rp. 150.000,-. Waktu itu harga senapan yang sama kalau baru sudah satu juta ke atas. Karena bekas pakai, catnya sudah banyak yang terkelupas. Akhirnya saya bawa ke toko yang jual alat-alat olahraga, disana senapan angin itu dibersihkan, catnya dibersihkan semuanya. Senapan yang tadinya warna hitam berubah menjadi kuning. Karena memang aslinya dalamnya terbuat dari kuningan.

Berburu tupai harus pagi-pagi atau sore hari. Biasanya sih saya dan teman-teman memilih pagi hari, hari minggu pagi. Berangkat dari rumah sekitar jam 5 pagi, pakai sepeda motor biar cepat. Tupai sukanya di pohon kelapa. Cukup dikejutkan dengan bunyi/suara dari mulut dan mereka akan keluar dan kadang melompat ke pohon lainnya. Kalau sudah kelihatan langsung bidik dan tembak.

Ekor tupai sering dikeringkan dan dijadikan gantungan kunci.
Ohya, membersihkan tupai perlu hati-hati. Pertama sewaktu menguliti usahakan jangan sampai bulunya nempel ke dagingnya, nanti susah dibersihkan. Dan yang paling penting sewaktu mengeluarkan isi dalam perut tupai. Jangan sampai kantong kencingnya sobek atau pecah. Kalau sampai pecah dan kena dagingnya akan berbau pesing. Daging tupai lebih liat dibandingkan daging musang dan tidak wangi.

Waktu mau tamat SMA, saya sudah tobat. Ngga pernah berburu lagi. Senapan anginnya juga dijual. Yang diburu sekarang bukan lagi burung, tapi duit....

No comments:

Post a Comment