11 March 2009

Pecah Piring


Kumpulkan tutup botol yang dari kaleng sekitar 15 – 20 biji, kemudian dipipihkan dengan cara dipukul. Siapkan juga bola plastik yang telah dimodifikasi seperti pada permainan “bola top”. Kalau tidak ada bola plastik, bisa dibuat dengan cara mengisi pasir ke plastik dan diikat sampai berlapis-lapis supaya ngga gampang pecah.

Cara mainnya gampang, bentuk 2 kelompok masing-masing anggotanya 2-4 orang. Buat lingkaran dengan diameter 15-20 cm. Susun tutup botol menumpuk tinggi di tengah lingkaran, kemudian buat garis lurus yang berjarak sekitar 3-5 meter dari lingkaran.
Kelompok yang pertama bertugas jaga dan yang kedua main, caranya dengan giliran melempar tumpukan tutup botol tersebut, kalau tidak ada yang kena maka giliran kelompok berikutnya yang main . Jika kena, maka yang melempar harus secepatnya lari dan menghindar sedangkan yang jaga harus mengambil bola dan melempar ke yang tadi main. Sambil lari dan menghindar, dia juga mengumpulkan tutp botol tadi dan harus disusun kembali di dalam lingkaran. Permainan berakhir atau ganti giliran kalau semua tutup botol telah disusun rapi atau semua anggota yang main kena lempar.

Game ini jarang dimainkan lagi, dan biasanya lebih banyak dimainkan anak cewek. Terakhir kali saya main, game ini juga menjadi seru. Bola plastiknya diganti dengan bola kasti. Lokasi mainnya di dekat kelenteng yang dikelilingi dengan tembok batu, luasnya sekitar 10x20 meter.
Kebetulan baru selesai hujan, jadi lantainya masih banyak genangan air dan licin. Waktu itu cuma 4 orang, masing-masing 2 orang. Mainnya jadi agak kacau, hampir ngga ada yang mau dengan sengaja menjatuhkan tumpukan tutup botol tersebut. Bayangkan aja, jika kena dan tutup botolnya jatuh harus siap-siap lari. Bola kasti yang dilempar dengan sekuat tenaga kalau kena badan bisa membuat cetakan yang warnanya merah menyala, bunyi buukk yang empuk plus rasa sakit dan pedas yang menjalar di badan, apalagi sampai kena kepala, bisa melihat bintang-gemintang gemerlapan di siang bolong disertai pusing 7 keliling. Mendengar bunyi bola dilempar aja sudah takut, ngga bisa lari jauh dengan tempat tertutup seperti itu karena bolanya terus memantul kesana-sini. Belum lagi ditambah lantai yang licin.

Akhirnya semuanya nyerah ngga berani lanjutin. Badan babak belur kena bola dan lecet-lecet gara-gara jatuh terpeleset di lantai. Ya... kalau ada yang bilang ini game cewek, coba aja versi brutal seperti yang di atas.
Ohya, kenapa namanya “pecah piring?” Mungkin karena bunyinya sewaktu kena bola seperti bunyi piring pecah. Terus kenapa ngga “piring pecah”, ya... karena memang bukan piring yang pecah.

1 comment: