04 April 2009

Handphone


Saya 2 tahun di Taiwan ( 1999 – 2001 ). Barang utama yang harus ada adalah handphone. Waktu itu belum ada yang layar warna, true tone atau polyponic. Sebenarnya layarnya ada warna, cuma warna kuning. Dan mungkin menjelang tahun 2000 berubah warna menjadi biru. Dan menyusul kemudian layar warna.

Begitu tiba di Taiwan, besoknya saya langsung ditawari HP oleh Om saya. Ngga gratis, harganya 2.500 NT (sekitar Rp.625.000,- waktu itu). Bayarnya boleh nyicil, tiap kali gajian dibayar. Saya langsung terima aja. Pertama karena memang butuh alat komunikasi, dan kedua karena memang mau. Dari lahir sampai besar belum pernah punya HP sendiri. Sekarang saatnya, mau nunggu kapan lagi. Meskipun HP second, kredit dan bentuknya ngga up 2 date.

Merk Ericsson (masih belum ada Sony di depannya ), tipenya sudah lupa. Ukurannya aduhai... Baterainya aja lebih besar daripada HP saya yang sekarang. Tapi biar begitu, itu HP pertama dan kesayangan. Selain buat telpon bisa juga digunakan sebagai alat bela diri. Bentuknya yang besar kalau buat pukul orang bisa pingsan. Kalau dikejar anjing gila dan kebetulan ngga ada pulsa untuk telpon bantuan, ngga usah takut. Langsung lempar anjingnya pakai HP itu, kalau kena niscaya pasti pingsan anjingnya.

Waktu ketemu C.Seng dan Cai, mereka agak kaget dengan HP saya. Mungkin karena ngga tega melihat saya yang badannya kecil tapi bawa HP ukuran besar, akhirnya saya dipinjami C.Seng HP Ericsson T10, model flip yang kecil mungil. Wah, saya senang aja. HP yang lama langsung saya jual ke orang baru (hampir tiap beberapa bulan sekali karyawan kontrak dari luar Taiwan datang dan pergi).

Sayangnya T10 ngga berumur panjang. Waktu kerja saya lupa, Hp saya taruh dikantong baju. Dan terjatuh. Layarnya pecah. Memang masih bisa buat terima dan telpon. Tapi ngga kelihatan nomornya. C.Seng cuma ketawa waktu diceritain. “Ngga apa-apa kok, ngga usah diganti.” katanya.
Untung deh, T10 saya kembalikan (dalam kondisi babak belur).

Sebagai gantinya saya beli Nokia 5110 (second). Yang ini tahan banting. Beberapa kali jatuh dan cuma menderita sedikit lecet. Luka paling parah diderita waktu jatuh dan kena antenanya. Bentuk antenanya jadi miring. Padahal itu antena paling berguna, bisa buat garuk-garuk kepala waktu gatal. Kadang dipakai buat korek kuping dan juga hidung. (he he... bercanda kok).

Nokia 5110 bertahan lumayan lama. Sampai tahun 2001 waktu mau meninggalkan Taiwan, baru saya ganti lagi dengan Nokia tipe 3310 (tetap second). Yang ini bentuknya lumayan. Sudah antena dalam, jadi ngga bisa lagi buat garuk-garuk kepala.

No comments:

Post a Comment