08 April 2009

Rambut


Ternyata tentang potong rambut pendek dan rapi cuma omong kosong dari PT. Pihak pabrik di Taiwan ngga mengharuskan itu. Ngga peduli mau gundul,botak,plontos, keriting, ikal, pendek atau panjang seperti sundel bolong. Terserah, mereka ngga ngurus. Yang penting kerjanya bagus.
Kaget juga sih, lihat salah seorang senior yang sudah hampir 3 tahun disana, rambutnya dibiarkan panjang sampai pinggang. Bandingkan dengan rambut saya yang cuma 2 cm, seperti buncis dengan kacang panjang.

Untungnya dengan rambut pendek, kepala selalu dingin, ngga gampang emosi (ngga ada hubungannya). Kalau mandi hemat shampoo, cepat, ngga usah disisir. Kepala juga rasanya ringan. Seiring berlalunya waktu, rambutpun semakin panjang. Dulu seperti durian, setelah agak panjang malah seperti sapu ijuk.

Karena masih baru, belum tahu dimana dan bagaimana kalau mau potong rambut di salon. Kebetulan ada yang bisa potong rambut, teman-teman termasuk saya minta tolong dipotong sama dia. Bayarannya cukup dibelikan rokok atau minuman. Hasilnya lumayan OK.

Model Hagemaru ngga terkenal disana. Makanya rambut saya dipanjangin. Paling cuma ditipisin dan dirapikan. Ngga sampai satu tahun sudah mencapai bahu dan bisa diikat , akhirnya nemu salon dekat pabrik. Langganan kalau mau merapikan dan tipiskan rambut. Teman yang bisa potong rambut sudah balik ke Indonesia. Mungkin rugi, karena cuma dibayar sama rokok dan minuman.

Pernah waktu ngetrend cat rambut, semua berlomba ngecat rambut. Titip beli cat rambut sama orang Taiwan. Saya sih maunya warna hijau, tapi waktu dicoba, warnanya ngga mau keluar. Akhirnya di cat warna kuning emas. Yang saya cat cuma dikit, rambut depan, kiri dan kanan. Orang Taiwan bilang seperti sungutnya ikan lele. Herannya itu jadi trend. Sebagian teman-teman ikut. Bahkan ada beberapa anak muda Taiwan yang kerja disana juga ikut.

Ada teman yang malah belain ngecat rambut di salon, habis sekitar 500.000 rupiah. Di cat warna merah bata. Hasilnya.... Malah dibilang jadi mirip Sun Wu Kong ( siluman kera). Ya... begitulah. Tapi itu masih mendingan dibandingkan saya. Karena bosan dengan model “sungut lele”, saya coba model baru, minta bantuan teman. Rencananya di highlight kuning emas, eh jadinya malah “spotlight”. Rambut jadi bercak-bercak kuning. Mungkin ini yang namanya model “tutul harimau”.

Beruntung masih di negara Taiwan, yang orangnya cuek. Meskipun dalam hati kecewa dan ngga pede, tapi cuek aja waktu diajak teman jalan-jalan ke pasar malam. Lagian ngga ada orang yang tertarik untuk melihat, apalagi untuk meniru model ini. Malam hari, pulangnya dari pasar malam langsung minta cat rambut warna hitam sama teman sekamar. Rambut dicat hitam kembali. Berakhirlah riwayat model “spotlight/tutul harimau” hanya dalam 1 malam
.

1 comment: