07 April 2009

Layangan


Layang-layang terbang melayang.
Jauh tinggi, di awan.

Berbagai macam, bentuk dan ukuran layangan. Ada yang kecil dan biasa, ada juga yang besarnya luar biasa. Bisa dibuat dari kertas minyak yang tipis, tapi ada juga yang dibuat dari kain dan plastik tipis. Banyak yang jual layangan, yang biasa dari kertas dan bentuknya standar. Buat diadu. Waktu kecil, paling senang kalau adu layangan. Selain butuh layangan dan keahlian, yang penting adalah benang gelasan yang bagus.

Benang gelasan dibuat sendiri. Pertama dengan menggiling pecahan kaca (biasanya diambil dari lampu bohlam atau yang bagus dari lampu TL / neon yang panjang). Kaca digiling sampai halus seperti bubuk dan disaring. Masak air sampai mendidih, tambahkan Gom Arab/Gum Arabic/Getah Arab atau biasanya di LP disebut “Kak”. Bukan kakak lho... Bentuknya butiran kecil warnanya kuning kecoklatan. Fungsinya untuk mengentalkan air sehingga bubuk kaca yang nantinya dicampurkan ke dalam larutan tadi akan mudah melekat ke benang.

Tunggu larutan air dan Gom dingin baru dimasukkan bubuk kacanya. Aduk sampai rata, kemudian cemplungkan benang jahit yang telah disediakan. Biasanya pakai benang yang warna putih dengan panjang sekitar 500 – 1.000 yard. Bisa juga dimasukkan sedikit pewarna supaya benangnya nanti ada warnanya. Lalu benang tadi diulur dan diangin-anginkan sampai kering. Setelah kering baru digulung menggunakan kaleng bekas bedak atau obat nyamuk atau kaleng susu. Jadilah benang gelasan dan siap untuk diadu. Hati-hati waktu mengulur benang, tangan bisa terluka. Benang gelasan yang bagus bisa memutuskan benang nylon dan juga benang pancing.

Tahun 90-an, harga layangan paling cuma Go Cap atau Ce Pek ( 50 – 100 ). Tapi kalau lagi bokek ya ngga bisa beli. Alternatifnya bisa buat sendiri, rangkanya dari bambu yang diserut atau dari sapu lidi. Terus ditutupi dengan kertas atau plastik. Bisa juga dengan mengejar layangan yang putus atau ngambil layangan yang nyangkut.

Ngejar layangan, terus berebut memang seru. Bawa bambu panjang yang ujungnya diberi ranting. Begitu ada layangan yang putus langsung lari dan mengejar. Ngga jarang layangan yang jadi rebutan malah rusak karena tertusuk ranting atau sobek tertarik waktu berebut. Hati-hati kalau ikut berebut, saya pernah ditabrak orang sampai jatuh dan lecet-lecet. Bukannya dapat layangan, malah dapat luka di kaki dan tangan.

Adu layangan ada seninya, butuh sense (he he... ). Harus tahu kapan menarik dan mengulur, kapan perlu cepat atau pelan. Kalau menang rasanya puas. Dulu rumah-rumah belum tinggi, yang tinggi paling tiang antena tv. Makanya layangan sering nyangkut di sana. Sekarang ini, semakin banyak bangunan tinggi, tanah kosong (lapang) sudah jarang. Masih ada yang adu layangan, tapi jarang yang ngejar layangan. Mungkin lebih gampang kalau beli.

1 comment:

  1. wah Bos, itu kan gamabar layangan dari website saya? www.GrosirLayangan.com

    Lantai backgroundnya saja lantai rumah saya? bagaimana ini kok ambil gambar tanpa izin saya? he..he..

    ReplyDelete