11 May 2009

Bahasa


Biasanya kalau ke daerah yang baru, yang penting dipelajari adalah budaya dan bahasa. Kalau masalah makanan bisa gampang adaptasi. Saya sebenarnya sudah dibekali sewaktu di Indonesia. Ibarat pesilat, sudah berlatih dan diwariskan ilmu. Meski belum tamat, saya sudah keburu kabur dan turun gunung, tapi untunglah bisa bertahan hidup.

Kebetulan waktu di Jogya lumayan sering ketemu orang Korea, makan Kimci juga sudah sering. Huruf Korea juga sudah hapal (kata teman kok semuanya cuma lingkaran dan balok). Tulisan bisa baca, cuma banyak yang ngga tahu artinya. Tapi itu sudah cukup, ngga bakalan nyasar lagi kalau naik subway atau bus.

Waktu kabur dari hotel, kami semua dikumpulkan dulu di apartemen yang disewa oleh agen. Di sana tinggal sekitar 10 orang. Ditambah 20 orang kelompok kami langsung penuh. Tapi cuma sementara, soalnya ngga lama kemudian langsung didistribusikan untuk kerja di tempat-tempat yang ada lowongannya. Banyak yang langsung kerja, paling sisa sekitar 5 orang yang nunggu giliran kerja, karena masih bingung mau milih yang mana.

Karena ada yang sudah tinggal lama di Korea, maka bahasa Koreanya juga sudah lumaya. Sebagai pendatang baru, kami ditraining dan diajari bahasa Korea ala kadarnya. Lucu juga sih, apalagi waktu diajari ngomong “100 won” dalam bahasa Korea. Yang benar itu “baek won/ bek won”, tapi waktu sampai ke telinga pendatang baru berubah menjadi “bey gon”. Dan senior yang ngajar lebih ekstrim lagi, katanya ingat aja 'baygon.”

Pernah satu kali, waktu saya sudah sekitar 1 tahun di Korea, terus lihat ada toko yang jual ice cream tart (saya maniak ice cream). Akhirnya saya tertarik dan masuk untuk beli (padahal waktu itu masih dingin, salju baru aja mencair). Setelah milih ice cream tart dan bayar, saya ditanya sama penjualnya (pakai bahasa Korea),....... myot ke?”
Saya ngga memperhatikan kalimat depannya, cuma nangkap kata terakhir (myot ke) yang artinya berapa buah/biji. Saya pikir dia nanya ke saya perlu sendok berapa biji. Akhirnya saya jawab aja,”tu ge” ( dua biji). Penjualnya menatap saya sebentar, terus memasukkan lilin sebanyak 2 biji.

Ternyata, yang dia tanyakan adalah perlu lilin berapa biji. Mungkin karena ice cream tart itu dikira untuk yang ulang tahun. Dalam hati yang jual pasti bingung, kok cuma 2 biji lilinnya. Masa yang ulang tahun umurnya 2 tahun. tapi baru 2 tahun kok dibelikan es krim. Lagian cuaca masih dingin. Pasti ada yang ngga beres dengan pembeli ini.

Saya cuek aja, begitu dapat barangnya langsung pulang dan makan. Teman sekamar saya tawarin, tapi makannya cuma sepotong kecil. ¾ es krim itu saya habiskan. Sisa ¼ buat besok. Puas... akhirnya bisa makan es dalam jumlah banyak.

No comments:

Post a Comment