25 April 2009

Gigi ( Jogya 2001 )


Naik bus dari Bogor ke Jogya. Berangkatnya sekitar jam 11 siang. Sampai di terminal Jogya sekitar jam 4 pagi. Barang semua sudah saya packing ulang. Tinggal 1 koper ukuran medium, dan satu tas ransel.

Seperti biasa, adik saya (Sud) yang kebagian jemput. Karena masih terlalu pagi, sungkan juga sih. Meskipun sewaktu berangkat tadi sudah ada pemberitahuan ke Sud. Saya telpon Sud dari wartel di terminal (belum sempat beli HP sejak tiba di Indonesia), untunglah Sud siaga 24 jam. Setelah tahu kalau saya sudah ada diterminal, dia langsung berangkat dari tempat kostnya. Sambil menunggu dijemput, saya minum teh di warung.

Sampai di tempat kost baru jam 5 pagi. Setelah ganti baju dan beresin barang, ngobrol dengan Sud. Paginya baru diajak ketemu dengan teman-teman yang ada di Jogya. 2 tahun ngga ketemu rasanya ngga banyak yang berubah. Cuma saya yang dapat tambahan julukan “Mahong (mafia Hongkong)”, padahal khan saya ke Taiwan, bukan Hongkong. Harusnya jadi “Matai (mafia Taiwan)”.
Sud sudah kerja, adik saya yang paling kecil (Mel) juga sudah kuliah di UPN Jogya. Ohya, HP saya yang dari Taiwan saya kasihkan ke Mel, Hpnya hilang waktu naik bis. Selama di Jogya beberapa kali makan-makan bareng Sud dan Mel.

Di jogya, Sud mengenalkan dokter gigi ke saya. Kebetulan saya mau servis gigi. Masih ingat kejadian waktu ke dokter gigi di Taiwan yang disuruh cabut, saya ngga mau. Makanya sekarang, mumpung bisa saya konsultasi ke dokter gigi rekomendasi Sud. Ternyata memang ngga perlu dicabut, bisa ditambal. Memang lebih canggih Indonesia.

Gigi itu memang sudah lama bermasalah, keropos di dalam dan sudah mulai berlubang. Belum sakit sih, tapi daripada nanti terlambat, mendingan dibetulin sekarang. Ternyata benar dugaan saya benar, setelah diperiksa dan dinyatakan perlu perbaikan, gigi saya langsung dipermak. Tanpa basa-basi langsung dibor sama dokternya. Begitu dibor dan berlubang, keluarlah bau yang semerbak dari gigi tersebut. Saya yang lagi “dikerjai” dokter cuma bisa mengerutkan dahi dan dalam hati berpikir,”buset... kok bau banget ya.” Untunglah dokternya pakai masker (meskipun mungkin ngga bisa banyak membantu menghilangkan baunya), tapi untunglah dokternya ngga jatuh pingsan dengan bau itu. Mungkin ini alasan dokter Taiwan ngga mau tambal gigi itu, ngga kuat sama baunya, he he..

Penderitaan belum berakhir, giginya ngga bisa langsung ditambal karena rusak parah. Akibatnya saya kesulitan makan. Sama Sud dibuatkan juice buah. Ya, akhirnya diet, cuma minum juice. Tapi beruntung gigi akhirnya bisa ditambal dan sampai sekarang masih OK.

No comments:

Post a Comment