14 May 2009

World Cup 2002


Millenium (tahun 2000) ada di Taiwan, dan World Cup (tahun 2002) ada di Korea. Melihat dan merasakan secara langsung memang beda.
Banyak orang yang “gibol (gila bola)”, dan beruntunglah saya termasuk yang masih waras bola. Maksudnya cuma nonton kalau ada event besar, seperti world cup dan euro. Jagoan favorit dari sejak dulu kala tetap Jerman.

Walaupun tuan rumah world cup 2002 adalah Korsel dan Jepang, tapi yang paling menarik perhatian justru Korea (bukan karena kebetulan saya ada di sana). Jauh hari sudah terlihat demam world cup. Semua warga seakan-akan menjadi fanatik dan gibol. Apalagi waktu pertandingan sudah dimulai. Benar-benar heboh.

Bayangkan, hampir semua home industri dan pabrik kecil untuk sementara berhenti dan menonton siaran langsung pertandingan bila yang main tim Korea. Semua pekerja nonton dan mendukung, saya bahkan ikut senang dan mendukung tim korea (soalnya kalau Korea bertanding, bisa istirahat kerja). Teriakan “tae han mi gug” dan “phil seng korea“ selalu terdengar. Jalanan sepi seperti kota mati. Dan kalau sudah selesai pertandingan, apalagi kalau Korea menang. Jalanan mendadak seperti ada pesta, di dalam subway juga banyak suporter yang berkeliaran sambil berteriak.

Guus Hiddink menjadi pahlawan dan terkenal, sering muncul di tv lokal, bahkan sampai jadi bintang iklan. Begitu juga dengan para pemain. Banyak yang dieksport keluar negeri. Ada yang ke Jerman, dan yang paling beruntung adalah Park Ji Sung, bergabung dengan klub Manchester United.

Mungkin karena dukungan yang luar biasa dari warganya dan juga berkat pelatih Guus Hiddink, Korea bisa sampai perempat final. Lihat foto kota Seoul yang menjadi lautan merah gara-gara dipenuhi para pendukung tim Korea. Hebatnya semua berjalan lancar, bahkan waktu tim mereka kalah waktu melawan Jerman dan Turki, ngga ada gejolak sama sekali. Benar-benar suporter yang “baik dan benar.”
Kalau menang ketawa dan berpesta, kalau kalah sedih, menangis tapi lapang dada.
Peace.....

No comments:

Post a Comment