17 April 2009

Lovebird


Binatang peliharaan favorit nomor 2 adalah burung. Sedangkan ikan hias tetap number one. Sebenarnya sih suka dengan segala macam binatang. Mungkin kalau suatu saat, setelah saya pensiun dengan uang berlebih. Akan saya belikan pulau yang luas dan dibuatkan seperti suaka margasatwa dan suaka alam. Terbuka juga buat orang-orang yang kabur dan mau minta suaka, he he...

Bakat mencintai dan memelihara binatang sudah mulai kelihatan sejak kecil, waktu zamannya shampo dan sabun masih jarang digunakan. Kepala jarang keramas dengan shampo, sehingga jadilah kepala itu sarang kutu. Dan akan semakain banyak kalau dapat titipan dari tetangga. Ya, karena kutu juga termasuk binatang dan tinggalnya(dipiara) di kepala maka boleh dong kutu disebut binatang peliharaan.
Tapi, sudah lama kok saya ngga piara kutu. Suer....

Tahun 1990 mulai suka burung. Waktu itu Om pindah rumah dan salah satu kandang burungnya diwariskan ke saya. Pertama bingung juga mau diisi apa. Yang pasti kalau diberi kandang burung harus diisi dengan burung, bukannya diisi dengan gajah atau kuda. Pasti ngga cocok. Masalahnya adalah mau diisi burung apa? Selama ini yang saya kenal cuma jenis 'mprit(pipit) dan kutilang.

Kutilang jenis burung favorit saya, adik dan koko saya. Biasanya beli waktu masih kecil, supaya nanti besarnya bisa jinak. Meskipun sangkarnya dibuka dan dilepas, pasti bisa kembali lagi. Tapi sering kali kutilangnya dimakan kucing. Ya... kadang kutilang itu terlalu jinak dan polosnya, sehingga waktu kucingnya mendekat dan menerkam, dianya cuma diam dan pasrah menerima.

Karena bingung memilih, untuk sementara kandangnya dibiarkan kosong. Tapi tidak berlangsung lama. Waktu saya kursus komputer dengan teman sekelas di Medan. Saya dan teman ke jalan Bintang. Dekat dengan tempat kursus komputer yang ada di daerah Thamrin. Jalan Bintang di Medan adalah surga bagi pecinta burung. Sepanjang jalan, kiri-kanan, depan-belakang penuh dengan berbagai macam burung. Dari yang warnanya satu macam sampai bermacam-macam. Dari ukuran jempol sampai sebesar kaki, ada yang bisa bersiul, bernyanyi, ngomong. Wah, pokoknya banyak.
Gara-gara kenal dengan jalan Bintang, saya dan teman sering bolos dari kursus komputer. Sering kabur dan ke jalan Bintang lihat burung. Kadang kalau datang kepagian dan kursus belum mulai, kami main video games dulu. Sampai lupa waktu dan tahu-tahu kursusnya sudah mulai.

Setiap toko dikunjungi dan dimasuki, dengan cuek dan pede tanpa sungkan tanya-tanya sama yang jaga. Setelah capek keliling, akhirnya saya memutuskan untuk membeli sepasang (menurut yang jual) burung Lovebird. Saya tertarik dengan namanya yang unik, juga suaranya yang ribut. Warnanya hijau rumput. Harganya Rp.40.000,- Fisiknya seperti burung kakaktua, tapi kecil, cuma sekitar 10-15cm.

Akhirnya nemu juga penghuni yang cocok buat kandang burung. Tiap pulang sekolah, langsung ke belakang rumah mengunjungi mereka. Bersihkan kotoran dan mengganti air minumnya. Kadang juga memandikannya dengan cara disemprot pakai sprayer. Membersihkan kulit makanannya. Mereka suka kuaci bunga matahari yang tawar juga biji-bijian sejenis jewawut.

Saya bisa duduk sampai berjam-jam cuma memandang kedua ekor burung itu. Lucu mendengar mereka mengeluarkan bunyi mencicit. Tingkahnya seperti sepasang kekasih, saling menggigit dan menggaruk. Selalu berduaan. Nempel terus. Mungkin gara-gara itu mereka dinamakan Lovebird.

No comments:

Post a Comment